loading...
“Manusia modern bermental budak dengan hasrat hendak kuasa” demikian yang kuambil dari seorang filsuf. Ketakutan-ketakutan akan kehilangan kekuasaan atau tersingkirnya dari persaingan akan kekuasaan membuat mereka menghalalkan dan melegalkan semua cara. Dan para aa, ustadz, habib mengingkari eksistensinya dengan fatwa-fatwa yang lebih cenderung pada sebuah kepentingan dan seolah-olah bicara atas “ketuhanan” tetapi bertindak jauh dari apa yang disebut “moral.
Sementara inti teologi pembebasan adalah sebuah penegasan agar tidak “perhambaan”, baik jiwa raga, diantara sesame manusia. Bukan pemaksaan dalam dan menguasii demi kekuasaan dengan ragam motif apalagi mengeksploitasi orang lain dan memecah belah untuk menguasai.
Ormas seperti FPI yang ada di Indonesia bisa saya sebut “bulshit” dan sebuah ormas yang memelihara “kedunguan”. Penghayatan agama harus menyentuh aras substansi kebenarannya tentunya dengan tidak menganggap diri paling benar dan mencoba terbuka untuk mau mendengarkan pendapat orang lain, bukankah para khalifah terdahulu sangat menjunjung tinggi untuk saling menghargai pendapat orang lain hingga melahirkan sintesa untuk peradaban yang lebih baik.
INDONESIA TIDAK SELUAS KATA “KAFIR”.
Hakikat dalam pencapaian diri dalam “ketuhanan” jika hanya pada fiksasi ide semata maka hanya akan melahirkan aturan-aturan yang mengingkari nilai-nilai kegamaan itu sendiri. Dan hal ini jelas tampak terlihat dalam ormas FPI yang kemudian akan berupaya melakukan segala cara termasuk “pecah-belah dan kuasai”.
Disisi lain apa gunanya MUI sebagai Majelis ulama yang kedudukannya tertinggi di Negara dan menjadi panutan umat, jika setiap mengambil keputusan dan mengeluarkan fatwa hanya merujuk pada penafsiran tunggal dan menegasikan perkembangan zaman yang kemudian mengabaikan perbedaan. Apalagi ditambah merangkul ormas yang cenderung bertingkah barbar seperti FPI dan ironisnya lagi salah satu anggota MUI yang berposisi strategis ditangkap KPK dengan kasus suap di Bakamla.
Ormas seperti FPI bisa jadi memang tidak memahami histori bangsa ini secara jujur termasuk lahirnya PANCASILA dan semboyan kebhinekaan, jika sejarah dan kondisi dalam konteks bernegara saja tidak adil dan jujur dalam memahaminya. Apalagi terhadap pemahaman soal yang disebut “kitab suci’.
“homo homini lupus” (menjadi srigala sesama manusia) sangat pantas untu ormas seperti FPI. Jika kebenaran disuarakan hanya sebatas golongan, ras ataupun agama, maka curigailah kebenaran itu karena akan banyak kepentingan yang akan kau jumpai. Konspirasi dan konsesus terselubung itulah ikrar yang dibangun oleh kepentingan kekuasaan dengan bersatunya capital dibalik layar. Dan ormas yang menyebut diri sebagi front pembela agama (islam) justru berkolaborasi dengan hal demikian. Sekali lagi saya menyebutkan bahwa FPI itu “Bulshit” dan “dungu” sekaligus bermental budak.
FPI semakin menunjukan kebrutalannya dalam tindakan-tindakan yang mereka lakukan menjelang akhir tahun. Kemudian MUI tak bersuara lantang untuk menyikapinya, sementara jika menfatwakan atribut “haram” sangat nyaring sekali. Ormas seperti FPI sering mencampuradukan politik, negara dengan agama dan ini jelas jauh sekali dari kata “pembela”. FPI sejak pasca reformasi dan sejak tahun 1999 sudah sangat dikenal selalu membuat keonaran dan kekerasan yang jelas telah meresahkan masyarakat. Pemerintah harus tegas dengan keberadaan FPI dan ormas semacam FPI memang layak dn sangat pantas untuk dibubarkan. Selain kerap kali merusak kerukunan bangsa ini yang menjunjung tinggi keberagaman, FPI juga kerap kali mendoktrin generasi bangsa dengan pandangan-pandangan yang sempit dan selalu bernuansa provokatif.
Yang paling menjijikan lagi ormas semacam FPI pandai bermain lidah atau Berbohong. Seperti mengatakan polisi biadab sementara kenyataannya mereka yang melempari aparat dengan batu, FPI juga mengatakan peserta aksi 7 juta orang dan 2 juta orang sementara pada kenyataannya hanya ratusan ribu, dan FPI mengatakan akan menghormati proses hukum yang sedang berjalan mengenai kasus yang menimpa Cagub DKI Jakarta, semetara kenyataannya berorasi disekitar tempat persidangan. FPI teriak anti asing tapi banyak diantara mereka yang mesra dengan asing, FPI teriak pembela agama tapi menyukai ISIS (terorisme), dan banyak lagi kebohongan-kebohongan dalam ormas FPI. Dan lebih parahnya lagi mereka berkedok GNPF MUI.
Baru-baru ini terdengar lagi kabar bahwa ada larangan untuk perayaan menyambut tahun baru. Dan yang ramai dikabarkan seperti di daerah Sragen, hal semacam ini juga akan menyebar di daerah-derah lainnya, ini bukan rahasia umum lagi, tapi sudah menjadi tabiat FPI yang senantiasa mengatur-ngatur dengan mengenakan peci tapi bertingkah barbar.
Ini benar-benar memuakan. Seluruh rakyat Indonesia akan mendukung Presiden Jokowi untuk tegas terhadap FPI dan agar FPI dibubarkan dari Negara Indonesia yang sangat mencintai kesatuan dan kedamaian di NKRI.
Bubarkan FPI adalah suatu Keharusan.
0 Response to "Dukung Jokowi, Bubarkan FPI"
Posting Komentar