loading...

Provokasi FPI Jauh Lebih Buruk dari Iblis

loading...






Cara-cara yang dilakukan oleh kelompok manusia provokator dan yang secingkrangan dengannya saya pikir sudah melampaui batas. Mereka bukan lagi bermain politik, tapi sudah pada tahap membenturkan dan mengadu antar anak bangsa untuk berkonflik. Kelompok mereka ini sama seperti Buni Yani, suka memotong-motong sehingga orang yang membaca atau mendengarnya jadi mudah tersulut emosi.

Setelah video Ahok yang kini dipermasalahkan sebagai kasus penistaan agama, kini mereka coba membuat provokasi-provokasi dengan tujuan untuk memancing emosi masyarakat. Lihat saja si Buni Yani, dia mengaku di tahan dan curcol mirip mantan tak dianggap. Tapi ternyata faktanya dia tidak ditahan, hanya diperiksa.

Belum lagi FPI, ormas paling titik-titik sepanjang sejarah peradaban manusia, pimpinannya dipanggil polisi untuk jadi saksi penghinaan Presiden yang dilakukan oleh Dhani, tapi mengaku ulama sedang dikriminalisasi.

“mohon doanya kepada seluruh umat Islam. Ulama kami DIKRIMINALISASI oleh centeng-centeng kompeni. Allahu akbar!!” tulis akun @DPP_FPI sambil memberikan gambar surat pemanggilan kepada Rizieq dan Munarman.

Dikriminalisasi menurut kamus artinya proses yang memperlihatkan perilaku yang semula tidak dianggap sebagai peristiwa pidana, tetap oleh masyarakat kemudian digolongkan sebagai peristiwa pidana. Makna kriminalisasi yang berkembang di masyarakat kemudian disederhanakan menjadi tindakan semena-mena yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. Contoh saja seperti Antasari yang merupakan pimpinan KPK kemudian dihukum karena tuduhan pembunuhan. Masyarakat menilai ada kriminalisasi dalam proses hukumnya, mengingat Antasari merupakan orang yang menjerat besan penguasa saat itu SBY.

Saat FPI menyatakan bahwa ulama dikriminalisasi, berarti ada tindakan aparat penegak hukum yang dibuat-buat untuk menjerat ulama mereka. Padahal sekali lagi ini hanya pemanggilan biasa, sebagai saksi, karena mereka berada di lapangan bersama Dhani. Sangat normal dan tidak ada unsur kriminalisasi.

Secara teori kemantanan, ini dapat disebut lebay tralala. Tapi dalam teori sosial budaya, ini adalah provokasi yang memanfaatkan Allah dan ummat Islam. Mereka ingin publik berpikir bahwa ulama yang mewakili ummat Islam sedang dikriminalisasi, dijahatin oleh centeng-centeng kompeni. Centeng ini saya kurang paham bahasa mana, mungkin bahasa onta dan yang secingkrangan dengannya. Tapi kalau kompeni ini menjurus ke Belanda dalam konotasi negatif; penjajah.

Bayangkan Allah diajak memprovokasi ummat Islam dan mengadu domba. Sungguh tak ada penghinaan yang lebih besar dari apa yang FPI lakukan sepanjang sejarah peradaban manusia. Fakta sejarah mencatat bahwa Firaun adalah sosok yang diazab langsung oleh Allah. Tapi itu bukan karena mencatut nama Allah untuk mengadu domba ummat muslim, Firaun diazab karena kesombongannya. Coba gunakan logika sederhana, lebih baik mana anda punya teman yang sombong atau teman yang mencatut-catut nama anda untuk menjelek-jelekkan, memprovokasi dan mengadu antar teman kalian? pilih mana?

Setan dan iblis yang sudah nyata-nyata musuh manusia, meminta ijin atau membuat kesepakatan dengan Allah untuk mengganggu manusia. Tapi FPI tidak, mereka malah mengatasnamakan perwakilan ummat Islam dan mengadu domba ummat dengan mencatut nama Tuhan. Luar biasa. Merinding bro. Saya curiga setan dan iblis juga takut kalau melihat FPI.


Selain mencatut nama Allah dan memprovokasi ummat Islam, mereka yang secingkrangan dengan FPI juga sedang memprovokasi Panglima TNI dan Kapolri. Beberapa media bayaran yang ditenggarai didanai oleh kelompok teroris sedang membentuk isu bahwa Panglima TNI membela ummat Islam dan akan mengawal demo 2 Desember. Padahal kenyataannya adalah, Panglima TNI menyatakan siap berjihad melawan siapapun yang menginginkan negara ini pecah.

“Prajurit saya juga siap berjihad mempertahankan NKRI berdasarkan Pancasila. Bersama masyarakat, kita bersama-sama mempertahankan Pancasila” kata Gatot seusai mengikutai istigasah bersama ulama dan masyarakat Sumatera. Pernyataan ini dibuat karena ada yang menanyakan tentang sikap TNI dalam menghadapi aksi demo dan seruan-seruan jihad yang dikumandangkan oleh kelompok teroris atau radikal dan provokator seperti FPI.

Artinya, Panglima TNI Gatot Nurmantyo tidak gentar dengan seruan-seruan jihad yang ingin mereka lakukan untuk memecah belah bangsa ini. TNI menyatakan juga siap berjihad melawan para teroris dan provokator itu.

Soal kesetiaan Gatot Nurmantyo juga sudah dinyatakan secara terbuka dalam acara ILC. “saya lebih baik menjadi tumbal untuk melaksanakan tugas menjaga kebhineka tunggal ikaan, daripada saya jadi Presiden.” Selengkapnya anda bisa googling judul “ILC: strategi cerdas Tito, Gatot tegaskan pada Presiden” di seword,com ini.

Tapi karena otak mereka cingkrang dan lebih buruk dari iblis, maka pernyataan Panglima TNI dibuat seolah beliau berada di pihak provokator dan teroris itu dengan alasan membela Islam. Padahal Panglima TNI jelas menyatakan komitmen setia pada Presiden serta siap menerima perintah apapun untuk menjaga negara ini dari gangguan teroris dan kelompok radikal.

Provokasi ini mereka lakukan karena Kapolri jauh lebih detail dalam menyebut nama FPI dan nama-nama pimpinannya. Sebab urusan hukum memang merupakan tugas Polri. Sementara TNI adalah penjaga keamanan negara dan tidak terlalu ikut campur dalam soal proses penegakan hukum. Peluang ini kemudian dimanfaatkan seolah-olah Panglima TNI mendukung aksi buruk mereka.

Dari sedemikian banyak provokasi yang mereka lancarkan, saya yakin rakyat Indonesia masih lebih didominasi kaum waras yang tidak menginginkan negeri ini krisis dan terpecah belah. Tapi untuk mendukung itu semua, maka saya tuliskan ini sebagai simbol perlawanan. Seword.com selalu siap melawan web-web cingkrang dan sapi-sapian.




0 Response to "Provokasi FPI Jauh Lebih Buruk dari Iblis"

Posting Komentar