loading...
Mari saya mulai dengan analogi. Jika Anda punya perusahaan, dan posisi direktur sedang kosong, siapakah yang akan Anda percayakan, orang yang sudah pengalaman atau yang pengalamannya nol? Inilah yang terjadi pada Agus. Sah-sah saja memberi kesempatan, semua punya hak. Tapi kenapa tidak mulai dulu dari awal, dan melaju seiring bertambahnya pengalaman. Kenapa mulai dari A langsung lompat ke Z? Inilah Agus, tanpa pengalaman, dengan bekal latar belakang militer langsung terjun jadi calon Gubernur. Bagi yang berpikir waras pasti minimal sinis dan skeptis. Wajar sih kalau mau langsung lompat jabatan, tapi kenyataan yang terlihat adalah Agus membuktikan sebaliknya.
Awal pencalonan, pasangan Agus-Sylvi menyerahkan berkas visi-misi yang diserahkan pada KPU setebal 40 halaman. Saya ambil satu contoh. Ada beberapa poin mengenai cara penanggulangan kemacetan dan penataan transportasi. Seperti kita ketahui, program Ahok-Djarot sangat detil dan komprehensif, kena ke sasaran. Bandingkan dengan program Agus-sylvi berikut ini.
a. Penataan manajemen lalu lintas untuk mencegah kemacetan.
b. Tersedianya fasilitas publik terutama di lembaga-lembaga pemerintahan yang ramah terhadap penyandang disabilitas.
c. Meningkatkan akses dan fasilitas untuk kesejahteraan lansia.
d. Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur jalan, baik untuk
kendaraan bermotor, sepeda, dan pejalan kaki.
e. Menambah feeder untuk Transjakarta dan mendorong berdirinya sarana parkir vertikal di lokasi-lokasi tertentu.
f. Mendirikan sosial centre yang mewadahi kebutuhan masyarakat khususnya kaum muda akan olah raga, budaya dan kreativitas yang terintegrasi dengan konseling untuk kaum muda.
Program tersebut sangat umum dan tidak jelas. Terlalu kabur batasan dan cakupannya. Wajar lah, baru terjun ke politik beberapa bulan saja, tak ada waktu untuk memikirkan program secara komprehensif. Sangat mungkin pula Agus tidak menguasai lapangan. Bisa jadi pula program tersebut disusun oleh timsesnya.
Mungkin bukti bahwa Agus tidak menguasai permasalahan adalah konsep kota apungnya yang luar biasa dan futuristik. Jika Dubai sangat getol melakukan reklamasi seperti pulau Palm Jumeirah dengan bentuk pohon palem sangat menawan, Agus sepertinya ingin mengalahkan Dubai dengan membuat kota terapung. Nanti kita tanyakan pada Agus secara lebih rinci.
Tak adanya pengalaman Agus juga jelas terlihat saat diwawancarai oleh Najwa dalam acara Mata Najwa. Agus gelagapan menjawab pertanyaan yang sangat sulit bagi intelegensinya. Pengalaman anak SD tapi ditanyai oleh seorang Profesor Universitas, blank lah otaknya. Ini pula yang mungkin jadi sebab mengapa Agus ogah ikut debat berikutnya. Tak ada pengalaman artinya tak ada wawasan, efeknya tak ada ilmu. Tak ada ilmu, efeknya melongo tak tahu mau jawab apa. Masuk akal?
Tanggal 31 Desember 2016 lalu ketika Agus kampanye di daerah Jelambar, Jakarta Barat, wartawan bertanya mengenai tindakan Agus untuk mencegah adanya dana siluman di APBD DKI Jakarta bila terpilih nanti. Mau tahu apa jawabannya? Agus menjawab dengan bertanya balik, “Dana siluman? Siluman yang mana tuh? Coba sebutkan contoh yang pasti agar tidak jadi fitnah.” Dia kemudian menambahkan, “Serapan anggaran harus fokus, efisien, dan tepat sasaran. Tapi yang penting juga adalah memaksimalkan pendapatan dengan juga meningkatkan daya beli masyarakat yang menjadi ciri peningkatan ekonomi.” Ditanya apa, jawabnya apa.
Menurut saya, ada dua alasan mengapa Agus tanya balik lalu ngelantur. Pertama, Agus memang tak tahu jadi lebih banyak tanya balik biar tidak nampak malunya. Kedua, dia ingin menjawab tapi takut nanti menjadi bahan tertawaan netizen se-Indonesia seperti konsep kota mengapung yang maha spektakuler itu.
Dan yang terbaru, kemarin Agus kampanye di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Ada pertanyaan yang dilontarkan wartawan mengenai kondisi transportasi publik di Jakarta. Mereka ingin tahu pandangan Agus mengenai kondisi transportasi publik yang ada di Jakarta. Tahu apa yang terjadi? Agus sempat dibisiki oleh juru bicaranya Rico Rustombi sebelum menjawab. Dibisiki dulu baru menjawab? Kira-kira apa penilaian pembaca Seword?
“Tidak semuanya jelek,” ujar Rico sambil membisikkan sesuatu ke kuping Agus. Setelah dibisiki, Agus pun menjawab pertanyaan tersebut. “Ya tidak semuanya buruk, tetapi tentunya harus meyakini masih terjadi kebakaran bus dan kapal dan yang lain-lain juga masih ada masalah-masalah,” tambah Agus. Bukankah sangat jelas Agus seperti tak tahu apa sebenarnya permasalahan Jakarta. Masa main bisik-bisik? Bisa saja sih, tidak masalah main bisik kalau sangat rumit atau sekadar konfirmasi. Tapi masalah transportasi kan sudah umum dan pertanyaannya tidak sulit. Bisik-bisik buat apa? Kalau begitu lebih baik juru bicaranya saja yang maju jadi Cagub karena lebih berpengalaman.
Agus bukan cuma sekali, tapi berkali-kali dengan gampangnya menunjukkan dirinya kurang layak mengurusi Jakarta dengan segunung permasalahannya. Kata-kata, pernyataan dan sikapnyalah yang telah menelanjangi dirinya sendiri, bukan orang lain. Bagaimana nanti kalau ikut debat resmi? Apakah akan meminta agar didampingi juru bicara? Agus berprestasi di militer, oke itu fakta. Ibarat Agus sangat brilian di bidang Matematika, tapi sekarang dia sedang menghadapi turnamen Fisika yang sama sekali tidak dipahaminya. Jadinya ya jungkir balik dong. Kalau pun dipaksakan, jadinya ya ngelantur. Ujung-ujungnya bikin orang tertawa.
Bagaimana menurut Anda?
Salam Entahlah.
Sumber
f. Mendirikan sosial centre yang mewadahi kebutuhan masyarakat khususnya kaum muda akan olah raga, budaya dan kreativitas yang terintegrasi dengan konseling untuk kaum muda.
Program tersebut sangat umum dan tidak jelas. Terlalu kabur batasan dan cakupannya. Wajar lah, baru terjun ke politik beberapa bulan saja, tak ada waktu untuk memikirkan program secara komprehensif. Sangat mungkin pula Agus tidak menguasai lapangan. Bisa jadi pula program tersebut disusun oleh timsesnya.
Mungkin bukti bahwa Agus tidak menguasai permasalahan adalah konsep kota apungnya yang luar biasa dan futuristik. Jika Dubai sangat getol melakukan reklamasi seperti pulau Palm Jumeirah dengan bentuk pohon palem sangat menawan, Agus sepertinya ingin mengalahkan Dubai dengan membuat kota terapung. Nanti kita tanyakan pada Agus secara lebih rinci.
Tak adanya pengalaman Agus juga jelas terlihat saat diwawancarai oleh Najwa dalam acara Mata Najwa. Agus gelagapan menjawab pertanyaan yang sangat sulit bagi intelegensinya. Pengalaman anak SD tapi ditanyai oleh seorang Profesor Universitas, blank lah otaknya. Ini pula yang mungkin jadi sebab mengapa Agus ogah ikut debat berikutnya. Tak ada pengalaman artinya tak ada wawasan, efeknya tak ada ilmu. Tak ada ilmu, efeknya melongo tak tahu mau jawab apa. Masuk akal?
Tanggal 31 Desember 2016 lalu ketika Agus kampanye di daerah Jelambar, Jakarta Barat, wartawan bertanya mengenai tindakan Agus untuk mencegah adanya dana siluman di APBD DKI Jakarta bila terpilih nanti. Mau tahu apa jawabannya? Agus menjawab dengan bertanya balik, “Dana siluman? Siluman yang mana tuh? Coba sebutkan contoh yang pasti agar tidak jadi fitnah.” Dia kemudian menambahkan, “Serapan anggaran harus fokus, efisien, dan tepat sasaran. Tapi yang penting juga adalah memaksimalkan pendapatan dengan juga meningkatkan daya beli masyarakat yang menjadi ciri peningkatan ekonomi.” Ditanya apa, jawabnya apa.
Menurut saya, ada dua alasan mengapa Agus tanya balik lalu ngelantur. Pertama, Agus memang tak tahu jadi lebih banyak tanya balik biar tidak nampak malunya. Kedua, dia ingin menjawab tapi takut nanti menjadi bahan tertawaan netizen se-Indonesia seperti konsep kota mengapung yang maha spektakuler itu.
Dan yang terbaru, kemarin Agus kampanye di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Ada pertanyaan yang dilontarkan wartawan mengenai kondisi transportasi publik di Jakarta. Mereka ingin tahu pandangan Agus mengenai kondisi transportasi publik yang ada di Jakarta. Tahu apa yang terjadi? Agus sempat dibisiki oleh juru bicaranya Rico Rustombi sebelum menjawab. Dibisiki dulu baru menjawab? Kira-kira apa penilaian pembaca Seword?
“Tidak semuanya jelek,” ujar Rico sambil membisikkan sesuatu ke kuping Agus. Setelah dibisiki, Agus pun menjawab pertanyaan tersebut. “Ya tidak semuanya buruk, tetapi tentunya harus meyakini masih terjadi kebakaran bus dan kapal dan yang lain-lain juga masih ada masalah-masalah,” tambah Agus. Bukankah sangat jelas Agus seperti tak tahu apa sebenarnya permasalahan Jakarta. Masa main bisik-bisik? Bisa saja sih, tidak masalah main bisik kalau sangat rumit atau sekadar konfirmasi. Tapi masalah transportasi kan sudah umum dan pertanyaannya tidak sulit. Bisik-bisik buat apa? Kalau begitu lebih baik juru bicaranya saja yang maju jadi Cagub karena lebih berpengalaman.
Agus bukan cuma sekali, tapi berkali-kali dengan gampangnya menunjukkan dirinya kurang layak mengurusi Jakarta dengan segunung permasalahannya. Kata-kata, pernyataan dan sikapnyalah yang telah menelanjangi dirinya sendiri, bukan orang lain. Bagaimana nanti kalau ikut debat resmi? Apakah akan meminta agar didampingi juru bicara? Agus berprestasi di militer, oke itu fakta. Ibarat Agus sangat brilian di bidang Matematika, tapi sekarang dia sedang menghadapi turnamen Fisika yang sama sekali tidak dipahaminya. Jadinya ya jungkir balik dong. Kalau pun dipaksakan, jadinya ya ngelantur. Ujung-ujungnya bikin orang tertawa.
Bagaimana menurut Anda?
Salam Entahlah.
Sumber
0 Response to "Agus Memang Tak Bisa Apa-apa, Ini Buktinya!"
Posting Komentar