loading...
Ahok sedang diserang oleh berbagai isu dan kasus yang sedang dijalaninya. Sedikit banyak ini akan mempengaruhi elektabilitasnya. Saat Pilkada nanti, Ahok ada kemungkinan menang, tapi ada juga kemungkinan kalah. Ahok sendiri sudah tidak ambil pusing jika tidak terpilih lagi pada tanggal 15 February 2017 nanti. Dia mengaku memiliki rencana untuk menjual tanah dan membeli mobil Range Rover untuk jalan-jalan bersama keluarga.
“Kalau Anda ingin Gubernur lain, saya puji Tuhan. Ngapain kerja pagi sampai malam urusin orang,” katanya ketika sedang berada di Hotel Sultan. Ahok sendiri mengaku suda mendapat tawaran kerja dengan gaji fantastis Rp 250 juta per bulan. Gaji sebesar itu jauh lebih tinggi daripada gajinya sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Pada kesempatan sebelumnya saya juga sudah pernah membahas ini. Ahok sebenarnya tidak rugi apa pun jika tidak terpilih lagi sebagai Gubernur DKI. Sebenarnya Ahok malah untung berkali lipat. Siapa pun sudah tahu bagaimana etos kerja Ahok. Kinerjanya juga terlihat jelas. Perubahan Jakarta sangat terasa. Ini sebenarnya adalah investasi yang dilakukan Ahok untuk masa depan dirinya. Bisa dikatakan ini adalah contoh portofolio yang bisa menjadi nilai jual dirinya.
Dengan kinerja yang luar biasa dalam membenahi Jakarta, sudah pasti banyak perusahaan yang sedang meliriknya. Itu sudah pasti. Mereka pasti sudah memiliki ancang-ancang untuk menarik Ahok jika tak lagi menjadi Gubernur. Tawaran pun lebih menggiurkan. Sebagai seorang pemilik perusahaan, tanpa melihat latar belakang SARA, sudah pasti kepincut dengan Ahok.
Jakarta yang beringas saja bisa dijinakkan Ahok, apalagi cuma sebuah perusahaan yang ruang lingkupnya lebih kecil. Seorang Ahok tak perlu lagi capek-capek cari kerja atau lamar sana-sini. Cukup beritahu saja, maka perusahaan yang berbondong-bondong melamar Ahok, bukan sebaliknya. Bukan hanya perusahaan, jika mau, negara lain pun bersedia menampung Ahok. Negara lain juga tidak buta dengan apa yang sudah dilakukan Ahok untuk Jakarta. Hanya orang yang benci tanpa alasan jelas yang menutup mata akan kinerjanya. Jika berpikiran logis, Ahok sebenarnya banyak yang memperebutkan.
Sering dengar orang-orang cerdas dan hebat dari Indonesia pada pindah ke luar negeri? Atau kuliah di luar negeri, berprestasi tapi dicaplok dan menjadi warga negara lain? Tidak perlu lihat terlalu jauh, lihat saja Singapura. Kenapa? Karena mereka tahu aset negara yang sangat bernilai adalah SDM. Nah, Indonesia ini terbalik, SDM tidak penting, yang penting sentimen agama. Kalau sudah beda agama, beda suku, beda golongan, prestasi dan rekam jejak adalah bullshit. Itulah kenapa Negara sekecil Singapura bisa maju meski tidak ada sumber daya alam. Mereka bermain di SDM, mengumpulkan orang-orang cerdas dan hebat untuk membangun negeri.
Lho, bukankah Justru jadi Gubernur DKI jauh lebih menggiurkan, bisa mendapatkan miliaran hingga triliunan. Kalau Ahok sulit mendapatkan segitu. Kalau pejabat lain sih saya kurang tahu, sudah bukan rahasia umum banyak kerja sampingannya. Tidak percaya?
Mantan Dirut PT MRT Jakarta Dono Boestami mengaku pernah menyaksikan sendiri Ahok ditawari sejumlah uang oleh PNS Pemprov DKI Jakarta. Saat Dono masih menjabat sebagai Dirut PT MRT dia dipanggil oleh Ahok. Saat mau masuk ke dalam ruang kerja Ahok, ada seorang PNS DKI yang membawa berkas dan sebuah amplop. Ternyata isinya uang.
Ahok menjelaskan itu uang resmi yang di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri disebut upah pungut. Dono lalu bertanya pada Ahok mau diapakan uangnya. Jawabnya adalah ‘Dibalikin’. Uang resmi saja dibalikin. Dono juga mengakui proyek MRT tidak akan pernah terealisasikan kalau tidak ada Jokowi dan Ahok. Tolong ingat perkataan Pak Dono Boestami ini.
Bagi orang lain, mungkin politik adalah ladang yang sangat menggiurkan. Lihat mereka yang tersandung kasus suap dan korupsi. Nilainya berapa? Miliaran, bro. Tapi jangan samakan mereka dengan Ahok. Dia juga mengatakan ingin mengabdi dan membantu banyak orang. Dengan menjadi Gubernur DKI, dia bisa melakukan itu semua. Dia juga mengatakan apabila kembali diberi amanah (jadi Gubernur lagi), dia memastikan akan melayani warga sebaik-baiknya, tidak akan menerima suap, dan siap kerja lembur.
Ahok juga mengakui dirinya ikhlas jika kalah. Memang ikhlas tidak ikhlas harus ikhlas kalau kalah, hahaha. Apabila dia tidak lagi diberi kesempatan, dia akan bekerja dengan baik sampai Oktober 2017.
Aneh saja dulu masalah Jakarta begitu pelik sehingga semua menjerit. Banjir tak berkesudahan, kemacetan parah. Janji-janji manis semasa kampanye hanyalah harapan palsu. Ingin begini, ingin begitu, janji begini, janji begitu, tapi kebanyakan hanya pepesan kosong.
Sekarang banjir sudah banyak berkurang, kemacetan segera berkurang jika MRT dan LRT sudah beroperasi. Jakarta juga dipercantik, lihat saja Kalijodo yang tak berani disentuh siapa pun. Zaman Ahok, disikat, diratakan dan disulap jadi taman bermain yang sangat indah. Ditambah lagi ada seratusan RTH dan RPTRA yang tersebar di berbagai daerah di Jakarta. Belum lagi segudang program lainnya yang sudah dirasakan warga. Memang Ahok dan programnya masih ada kekurangan, tapi sudah jauh lebih baik dari pemerintah sebelumnya yang entah apa kerjanya.
Jika ini saja tidak sanggup meyakinkan warga untuk memilihnya kembali, apa boleh buat. Kalau memang tidak dipercaya lagi, ya sudahlah. Untuk apa urusin orang lain kalau memang tidak bersedia diurusin? Tak jadi Gubernur, peluang lain terbuka lebar. Pepatah ‘Orang yang kerja keras tak perlu takut tidak dapat makan’ sangat benar adanya. Kerja kerasnya selama ini adalah investasi yang akan berlipat ganda di masa mendatang. Ahok sudah terkenal, tidak sulit cari makan. Saya berani jamin Ahok takkan hidup susah, malah makin bagus ke depannya.
Kalau pun memang benar Ahok tidak terpilih lagi, setidaknya dia telah menorehkan sejarah sebagai salah satu Gubernur terbaik yang melakukan banyak perubahan untuk Jakarta. Setidaknya dia sudah menetapkan standar yang sangat tinggi bagi penerusnya. Orang lain pasti akan membandingkan, jadi Gubernur selanjutnya tidak sanggup, siap-siaplah kena bully sampai nangis darah. Kalau kinerja tidak mampu menyamai Ahok, yang rugi adalah warga DKI juga. 15 Februari adalah babak penentuan seperti apa pemikiran warga Jakarta.
Bagaimana menurut Anda?
Salam Entahlah.
“Kalau Anda ingin Gubernur lain, saya puji Tuhan. Ngapain kerja pagi sampai malam urusin orang,” katanya ketika sedang berada di Hotel Sultan. Ahok sendiri mengaku suda mendapat tawaran kerja dengan gaji fantastis Rp 250 juta per bulan. Gaji sebesar itu jauh lebih tinggi daripada gajinya sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Pada kesempatan sebelumnya saya juga sudah pernah membahas ini. Ahok sebenarnya tidak rugi apa pun jika tidak terpilih lagi sebagai Gubernur DKI. Sebenarnya Ahok malah untung berkali lipat. Siapa pun sudah tahu bagaimana etos kerja Ahok. Kinerjanya juga terlihat jelas. Perubahan Jakarta sangat terasa. Ini sebenarnya adalah investasi yang dilakukan Ahok untuk masa depan dirinya. Bisa dikatakan ini adalah contoh portofolio yang bisa menjadi nilai jual dirinya.
Dengan kinerja yang luar biasa dalam membenahi Jakarta, sudah pasti banyak perusahaan yang sedang meliriknya. Itu sudah pasti. Mereka pasti sudah memiliki ancang-ancang untuk menarik Ahok jika tak lagi menjadi Gubernur. Tawaran pun lebih menggiurkan. Sebagai seorang pemilik perusahaan, tanpa melihat latar belakang SARA, sudah pasti kepincut dengan Ahok.
Jakarta yang beringas saja bisa dijinakkan Ahok, apalagi cuma sebuah perusahaan yang ruang lingkupnya lebih kecil. Seorang Ahok tak perlu lagi capek-capek cari kerja atau lamar sana-sini. Cukup beritahu saja, maka perusahaan yang berbondong-bondong melamar Ahok, bukan sebaliknya. Bukan hanya perusahaan, jika mau, negara lain pun bersedia menampung Ahok. Negara lain juga tidak buta dengan apa yang sudah dilakukan Ahok untuk Jakarta. Hanya orang yang benci tanpa alasan jelas yang menutup mata akan kinerjanya. Jika berpikiran logis, Ahok sebenarnya banyak yang memperebutkan.
Sering dengar orang-orang cerdas dan hebat dari Indonesia pada pindah ke luar negeri? Atau kuliah di luar negeri, berprestasi tapi dicaplok dan menjadi warga negara lain? Tidak perlu lihat terlalu jauh, lihat saja Singapura. Kenapa? Karena mereka tahu aset negara yang sangat bernilai adalah SDM. Nah, Indonesia ini terbalik, SDM tidak penting, yang penting sentimen agama. Kalau sudah beda agama, beda suku, beda golongan, prestasi dan rekam jejak adalah bullshit. Itulah kenapa Negara sekecil Singapura bisa maju meski tidak ada sumber daya alam. Mereka bermain di SDM, mengumpulkan orang-orang cerdas dan hebat untuk membangun negeri.
Lho, bukankah Justru jadi Gubernur DKI jauh lebih menggiurkan, bisa mendapatkan miliaran hingga triliunan. Kalau Ahok sulit mendapatkan segitu. Kalau pejabat lain sih saya kurang tahu, sudah bukan rahasia umum banyak kerja sampingannya. Tidak percaya?
Mantan Dirut PT MRT Jakarta Dono Boestami mengaku pernah menyaksikan sendiri Ahok ditawari sejumlah uang oleh PNS Pemprov DKI Jakarta. Saat Dono masih menjabat sebagai Dirut PT MRT dia dipanggil oleh Ahok. Saat mau masuk ke dalam ruang kerja Ahok, ada seorang PNS DKI yang membawa berkas dan sebuah amplop. Ternyata isinya uang.
Ahok menjelaskan itu uang resmi yang di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri disebut upah pungut. Dono lalu bertanya pada Ahok mau diapakan uangnya. Jawabnya adalah ‘Dibalikin’. Uang resmi saja dibalikin. Dono juga mengakui proyek MRT tidak akan pernah terealisasikan kalau tidak ada Jokowi dan Ahok. Tolong ingat perkataan Pak Dono Boestami ini.
Bagi orang lain, mungkin politik adalah ladang yang sangat menggiurkan. Lihat mereka yang tersandung kasus suap dan korupsi. Nilainya berapa? Miliaran, bro. Tapi jangan samakan mereka dengan Ahok. Dia juga mengatakan ingin mengabdi dan membantu banyak orang. Dengan menjadi Gubernur DKI, dia bisa melakukan itu semua. Dia juga mengatakan apabila kembali diberi amanah (jadi Gubernur lagi), dia memastikan akan melayani warga sebaik-baiknya, tidak akan menerima suap, dan siap kerja lembur.
Ahok juga mengakui dirinya ikhlas jika kalah. Memang ikhlas tidak ikhlas harus ikhlas kalau kalah, hahaha. Apabila dia tidak lagi diberi kesempatan, dia akan bekerja dengan baik sampai Oktober 2017.
Aneh saja dulu masalah Jakarta begitu pelik sehingga semua menjerit. Banjir tak berkesudahan, kemacetan parah. Janji-janji manis semasa kampanye hanyalah harapan palsu. Ingin begini, ingin begitu, janji begini, janji begitu, tapi kebanyakan hanya pepesan kosong.
Sekarang banjir sudah banyak berkurang, kemacetan segera berkurang jika MRT dan LRT sudah beroperasi. Jakarta juga dipercantik, lihat saja Kalijodo yang tak berani disentuh siapa pun. Zaman Ahok, disikat, diratakan dan disulap jadi taman bermain yang sangat indah. Ditambah lagi ada seratusan RTH dan RPTRA yang tersebar di berbagai daerah di Jakarta. Belum lagi segudang program lainnya yang sudah dirasakan warga. Memang Ahok dan programnya masih ada kekurangan, tapi sudah jauh lebih baik dari pemerintah sebelumnya yang entah apa kerjanya.
Jika ini saja tidak sanggup meyakinkan warga untuk memilihnya kembali, apa boleh buat. Kalau memang tidak dipercaya lagi, ya sudahlah. Untuk apa urusin orang lain kalau memang tidak bersedia diurusin? Tak jadi Gubernur, peluang lain terbuka lebar. Pepatah ‘Orang yang kerja keras tak perlu takut tidak dapat makan’ sangat benar adanya. Kerja kerasnya selama ini adalah investasi yang akan berlipat ganda di masa mendatang. Ahok sudah terkenal, tidak sulit cari makan. Saya berani jamin Ahok takkan hidup susah, malah makin bagus ke depannya.
Kalau pun memang benar Ahok tidak terpilih lagi, setidaknya dia telah menorehkan sejarah sebagai salah satu Gubernur terbaik yang melakukan banyak perubahan untuk Jakarta. Setidaknya dia sudah menetapkan standar yang sangat tinggi bagi penerusnya. Orang lain pasti akan membandingkan, jadi Gubernur selanjutnya tidak sanggup, siap-siaplah kena bully sampai nangis darah. Kalau kinerja tidak mampu menyamai Ahok, yang rugi adalah warga DKI juga. 15 Februari adalah babak penentuan seperti apa pemikiran warga Jakarta.
Bagaimana menurut Anda?
Salam Entahlah.
0 Response to "Ahok Nothing To Lose! Kalah Pilkada, Tawaran Ini Sudah Menunggu"
Posting Komentar