loading...
Beberapa hari terahir ini, dunia “esek-esek” dikejutkan berita yang menghebohkan. Dunia esek-esek memang akrab dengan kehebohan, kegaduhan dan kegerahan… itulah sebabnya beritanya selalu dikejar, diburu dan dirindu. Kali ini yang menjadi viral adalah “sex-chatting” yang dilakukan oleh kak Ema, eh maksudnya oleh orang yang diduga mirip dengan Habib Rizieq dengan Firza Husein, yang populer dengan istilah “Firza Hotz” itu.
Warga terhenyak ketika polisi membawa televisi, bantal dan seprai dari rumah keluarga Firza Husein di jalan Makmur RT 03/07 Cipayung Jakarta Timur pada Rabu, 1 Februari 2017 lalu, karena mengangap barang bukti tersebut adalah “saksi bisu dari kegaduhan itu.” Ternyata barang-barang tersebut akan dicocokkan polisi dengan gambar yang terdapat pada latar belakang video clip “baladacintarizieq.” Keluarga dan tetangga Firza ahirnya lega setelah polisi tidak jadi membawa keramik lantai dan tembok kamar yang mirip benar dengan yang terdapat pada “baladacintarizieq”
Sebelumnya, menjelang Aksi 212, 2 Desember 2016 lalu, polisi menangkap Firza Husein dengan tuduhan makar. Firza ditangkap secara terpisah bersama tiga orang lainnya di hotel San Pasific Jakarta. Namun tak sampai 24 jam setelah ditangkap, Firza diperbolehkan pulang dan tidak ikut ditahan seperti tiga orang temannya yang lain. Firza yang mengaku sebagai Ketua Solidaritas Sahabat Cendana (SSC) ini, dituduh berperan sebagai pengumpul dana makar.
Ketika ditangkap polisi pertama kali pada Desember lalu, banyak pengamat maupun Analis politik termangu. Siapakah Firza Husein ini? Tidak ada seorangpun yang mengenalnya! Satu-satunya referensi hanya sebagai ketua SSC. Lalu orang menghubungkannya dengan salah satu keluarga Cendana, yaitu Tommy. Tetapi tetap ada kejanggalan yang sangat tidak masuk akal. Tommy baru saja menjadi “pahlawan” lewat Tax amnesty! Selain melakukan deklarasi dan repatriasi, Tommy juga “membawa” puluhan konglomerat lainnya untuk melakukan Tax amnesty. Jadi menghubungkan Firza Husein dengan keluarga Cendana adalah sebuah “hil yang mustahal!”
Jadi ketika itu, penulis hanya bisa menebak kalau Firza Husein ini hanya “numpang lewat” saja, karena dia kemudian diperbolehkan pulang dan tidak ikut ditahan. Akan tetapi ketika kabar “kak Emma disuruh Bibib mencari pisang di gunung merebak,” penulis menduga ada satu benang merah yang menghubungkan Firza Husein dengan seluruh aktifitas Bibib ahir-ahir ini, terlepas dari adanya dugaan hubungan asmara diantara keduanya.
Dengan keterbatasan data yang dimiliki penulis, penulis lalu mencoba membuat beberapa hipotesis sederhana mengenai keberadaan Firza Husein ini, tentu saja berdasarkan asumsi video, chatt dan dugaan polisi bahwa Firza Husein terlibat makar tersebut benar adanya, setidaknya untuk Sementara, dengan tetap menjunjung azas “Praduga tak bersalah”
Pertama, Hubungan asmara biasa saja.
Dua orang manusia berlainan jenis memadu seprei, eh memadu kasih adalah hal yang wajar, terlepas dari masalah agama dan moral. Hal itulah yang mungkin terjadi dengan Bibib dan FH. Tidak aneh, logis dan merupakan ranah privat seseorang. Lantas apa hubungannya dengan makar? Mungkin saja Bibib memanfaatkan hubungan asmara ini untuk bersenang-senang sekaligus juga untuk kepentingan politik.
Misalnya saja kita ambil contoh. Sebelumnya Bibib berseberangan dengan musisi AD. Namun untuk kepentingan politik praktis, Bibib lewat bantuan FH berhasil menarik AD dengan “kekasih sejatinya” RS untuk berkoalisi. Hal itu terbukti ketika FH, AD, dan RS ditangkap polisi secara bersamaan di hotel San Pasific. Itulah sebabnya FH curhat kepada Kak Emma, karena merasa mereka telah memadu kasih, memadu janji, sehidup semati, “berdiri sama tinggi nungging sama rendah” Jadi FH tidak mau susah sendirian dong kak Emma….
Sebenarnya “makar” FH termasuk ringan. Polisi menuduh FH sebagai salah satu pemegang dana untuk menyediakan mobil komando. Tapi polisi mungkin punya agenda lain dengan FH. Polisi lalu memperpanjang masa penahanan FH selama 20 hari. Kelihatannya untuk memberi dampak psikologis bagi Bibib! Para polisi itupun tidak bosen-bosennya mendengar dari FH kisah “kak Emma disuruh Bibib mencari pisang di gunung….”
Kedua, FH penyalur dana makar.
Beberapa hari yang lalu Tommy lewat pengacaranya melakukan somasi terhadap FH. Tommy keberatan karena FH membawa-bawa nama Tommy dan keluarga Cendana dalam kegiatan politiknya. Tommy meminta FH agar segera melakukan klarifikasi terkait hal ini. Secara kasat matapun, publik pasti tahu bahwa tidak ada hubungan antara FH dengan Tommy.
Lalu bagaimana dengan “Bigboss” lainnya? Maaf, dari gaya komunikasi dan strata sosialnya, terlalu naif untuk menghubungkan FH dengan Tommy atau bigbos lainnya. Buktinya, polisi menuduh FH berbuat makar hanya karena menyediakan mobil komando. Busettt…. jadi premis FH adalah penyalur dana makar tidak terbukti.
Ketiga, FH spion yang disusupkan ke “daster” Bibip.
Layaknya “ilmu berperang”, Infiltrasi ataupun menyusupkan mata-mata jauh ke dalam jantung pertahanan musuh sudah dilakukan orang sejak ribuan tahun yang lalu. Apa yang dilakukan ribuan tahun yang lalu, terkadang tetap efektif dilakukan pada jaman sekarang ini. Senjata berperang jaman dahulu tentulah tidak akan dipakai lagi pada jaman sekarang ini. Namun “pisang di gunung ribuan tahun yang lalu akan tetap sama denga pisang digunung jaman sekarang ini!”
Singkat kata, bisa saja FH memang bertugas untuk “mengebiri” Bibib, dan dia berhasil menunaikan tugasnya dengan baik! Kini Bibib terkulai tak berdaya kehilangan “keperkasaannya” Lantas siapa juragannya FH? Jawaban paling enak tentu saja dengan menuduh Ahok, atau Pemerintah, atau Penulis atau malah juga para Pembaca! Tetapi tidak usah juga repot-repot untuk bertanya kepada rumput yang bergoyang, karena kalau dalam soal-soal begini, pasti tidak akan ada yang mau mengaku….
Tapi apapun itu, Bibib yang dulunya nakal itu kini telah berubah menjadi pemalu dan pendiam. Tadinya penulis mengira karena banyaknya kasus pengaduan terhadapnya. Sebagian mungkin iya, akan tetapi kasus kak Emma inilah yang paling membuat Bibib terpukul. Mungkin akan ada yang mengatakan tulisan ini terlalu spekulatif. Tidak mengapa, “time will tell the truth…” penulis juga sangat tertarik mendengar pendapat dari pembaca, dimana posisi FH. Pertama, kedua atau ketiga. Atau adakah keempat? Katakan pendapatmu teman….
“Kak Emma, Bibib nakal…..”
0 Response to "“Kak Emma, Bibib nakal….”"
Posting Komentar