loading...
Tanggal 11 Februari 2017 adalah hari terakhir musim kampanye Pilkada DKI Jakarta, yang ‘kebetulan’ bertepatan dengan aksi massa 112. Kesempatan terakhir ini tidak disia-siakan oleh paslon nomor urut satu dan tiga untuk bersatu saling bergenggaman tangan dalam untaian doa dan ceramah keagamaan yang pada intinya ‘mengingatkan’ tentang surat Almaidah ayat 51 yang ditafsirkan oleh peserta aksi sebagai ‘haram memilih pemimpin non muslim (kafir) dan wajib memilih pemimpin muslim! Tak lupa diiringi dengan teriakan ‘bunuh’, ‘tangkap Ahok’, ‘bela islam’ dll… Saya disini bukan hendak berperang tafsir dengan siapapun, dan memang bukan itu yang saya permasalahkan. Tapi kedatangan paslon nomor urut satu dan tiga pada acara tersebut sontak membuat saya dan banyak orang terkejut.
Dalam tausiahnya pada massa 112, ustadz Al Khatath sempat mengajak, para jemaah dari luar Jakarta untuk tidak pulang dulu, lalu beramai-ramai datang memadati lokasi tempat sidang Ahok digelar pada hari Senin 13 Februari 2017. Berikut kutipan ‘tausiah’ nya :
“Kita ramaikan gedung Kementerian Pertanian, setuju?” kata Al Khatath.
“Setuju,” kata jemaah yang hadir.
“Siap bela Allah? Siap bela Islam? Siap bela Alquran? Siap bela Ulama? Takbir,” katanya.
“Siapp,” jawab jemaah.
Sumber: https://m.merdeka.com/jakarta/peserta-aksi-112-diminta-tak-pulang-padati-sidang-ahok.html
Apakah pantas tausiah di Mesjid, yang ‘kebetulan’ dihadiri seluruh kandidat paslon saingan Ahok isinya seperti itu?
Seharusnya Mesjid menjadi tempat yang netral. Bukan malah dikotori dengan provokasi atau ‘kampanye terselubung’.
Saya pernah melihat pemberitaan di media tentang Sandiaga Uno yang didoakan oleh Pendeta. Berikut foto-foto nya:
Saat dimintai konfirmasi terkait dengan foto itu, Sandiaga membenarkan. Ia mengatakan saat itu tengah menghadiri acara yang digelar oleh Hashim Djojohadikusumo (adik Prabowo Subianto). Berikut kutipan pernyataan Sandiaga:
“Oh itu betul (foto). Kami hadir undangan Pak Hashim Djojohadikusumo di Rawamangun. Saya berikan sambutan atas nama Gerindra. Hadirin mendoakan agar sukses di Pilgub 2017.”
Sumber: https://m.detik.com/news/berita/d-3385949/fotonya-dengan-pendeta-viral-di-medsos-ini-penjelasan-sandiaga
Sangat menakjubkan, jadi demi mendulang suara dan menarik simpati kaum minoritas agama lain. Sandi rela datang ke Gereja, bahkan sempat menjadi pembicara di Mimbar? Dan didoakan oleh Pendeta dan jemaatnya? Lalu kenapa hari ini malah datang ke aksi 112? Mau mendulang suara dari dua belah pihak gituh?
“Saya berikan sambutan atas nama Gerindra. Hadirin mendoakan agar sukses di Pilgub 2017.”
Ya Allah Tuhan YME, maafkan hambamu Sandiaga Uno yang telah menodai acara keagamaan demi memuaskan syahwat politiknya.
Selain Sandiaga Uno, ternyata Agus juga belum lama ini, tepatnya pada tanggal 3 Februari 2017, mengadakan pertemuan dengan para pendeta dari berbagai gereja di Hotel Oasis Amir, Senen, Jakarta Pusat. Berikut foto-foto nya :
Cerita Agus ternyata lebih mengharukan lagi. Dikatakan bahwa pertemuan tersebut merupakan keinginan dari Agus sendiri. Agus menegaskan jika terpilih nanti dirinya akan menjadi seorang pemimpin untuk seluruh warga DKI Jakarta. Pernyataan ini, sekaligus untuk menepis dugaan bahwa selama ini Agus hanya dekat dengan kelompok tertentu, tapi jauh dari kalangan kristiani.
“Sejak dahulu sampai sekarang, saya tidak pernah sekalipun membeda-bedakan orang,” kata Agus dalam tatap muka untuk pertama kalinya dengan para pendeta. Agus memaparkan pengalamannya selama 15 tahun di TNI dirinya memegang teguh Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Kebhinnekaan”
Sumber: http://warningtime.com/index.php/2017/02/04/agus-harimurti-yudhoyono-didoakan-para-pendeta-maju-dki-1/
Luar biasa sekali. Apakah janji tidak ada artinya di mulutmu, wahai Agus yang terhormat?
Dengan ringannya menjanjikan akan menjadi pemimpin yang tidak membeda-bedakan di depan para pendeta dan umat Kristiani. Tapi lalu ikut aksi 112 yang menolak pemimpin non muslim (kafir)?
Seharusnya para jemaah di Mesjid Istiqlal jangan membiarkan Agus dan Sandiaga masuk. Jadilah lelaki yang jantan. Jangan kanan kiri oke!
Selain itu, sangat miris dan sedih sekali hati saya. Karena rumah Allah malah dijadikan ajang kampanye. Kenapa harus pergi ke acara Gereja? Kenapa harus di Mesjid? Bukankah sudah ada aturan yang melarang kegiatan kampanye (baik yang terselubung dan yang terang-terangan) di rumah ibadah? Ini sudah termasuk penistaan terhadap rumah ibadah!
Betapa ‘murahnya’ suara kaum minoritas di benak Paslon nomor urut satu dan tiga. Hanya datang satu dua kali ke acara keagamaan kaum minoritas, lalu tiba-tiba hendak dianggap sebagai pengayom semua umat?
Kemana saja Kalian sebelum musim Kampanye? Hak-hak minoritas apa yang pernah kalian perjuangkan?
Jika tidak takut akan hukum manusia yang mudah dicari celah nya. Takut lah akan hukum Allah Tuhan YME yang selalu adil tanpa membeda-bedakan.
Akhir kata, saya masih meyakini, berjuta-juta kebohongan tetap tidak akan bisa menutupi suatu kebenaran.
Semoga Allah Tuhan YME selalu memberkati kita. Amin.
God bless us all.
0 Response to " Miris! Penistaan Rumah Ibadah Oleh Paslon Nomor Urut Satu dan Tiga Demi Mendulang Suara"
Posting Komentar