loading...
Tengah beredar video pidato Anies Baswedan di markas FPI Petamburan tanggal 1 Januari 2017. Saat itu Anies pada intinya membangga-banggakan keturunan Arab sebagai yang pertama di Indonesia yang bersumpah tanah airnya Indonesia, padahal waktu itu Indonesia belum ‘ada’.
Berikut kutipan pidato Anies Baswedan tersebut:
“Orangtua kita mendirikan PAI, Partai Arab Indonesia… Partai Arab Indonesia itu mendeklarasikan satu… tanah airnya Indonesia, dan mengatakan tanah air Indonesia di tahun 34…Apa sih coba kita pikir apa sih yang terjadi? Nekat… Tahun 34, Nekat! Kenapa? Karena Indonesia sudah ada? Belum… Mereka itu menyatakan sumpah pada tanah air, Indonesia, sebelum Indonesia-nya ada, tidak ada yang lain yang melakukan itu, kecuali keturunan Arab di Indonesia… saat itu tetap saya sampaikan bahwa ini cikal bakal pergerakan nasional…”
Sekali lagi saya dibuat kagum dengan terbukanya fakta tentang dangkalnya pengetahuan seorang Anies Baswedan tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Memang benar pernyataan Anies tentang keturunan Arab pada acara pembentukan PAI dan deklarasi Sumpah Pemuda Keturunan Arab itu gagah dan sangat mengagumkan.
Tapi pernyataan Anies bahwa hanya keturunan Arab-lah yang berani bersikap demikian di zaman penjajahan Belanda, tidaklah benar dan menyimpang dari fakta sejarah.
Paslon Anies Sandi yang semenjak awal tampaknya tidak percaya diri melawan paslon petahana Ahok Djarot yang memiliki kinerja baik, akhirnya memanfaatkan isu primordialisme dalam memenangkan Pilkada ini. Dalam kutipan pidato tersebut tersirat pesan seakan-akan Ahok yang keturunan Tionghoa ‘kalah’ dalam perannya memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia, dibandingkan dengan Anies yang keturunan Arab.
Berdasarkan penelusuran singkat saya, ternyata warga keturunan Tionghoa di Indonesia telah lebih dulu menunjukkan kecintaan terhadap tanah air Indonesia, bahkan ikut memperjuangkan Kemerdekaan bersama dengan warga lainnya. Berikut sedikit kilas balik sejarah perjuangan keturunan Tionghoa di Indonesia :
Pendidikan
Pada tahun 1900, keturunan Tionghoa di Indonesia mendirikan sekolah bernama Tiong Hoa Hwe Kwan (THHK). THHK dalam perjalanannya bukan saja memberikan pendidikan bahasa dan kebudayaan Tiongkok, tetapi juga menumbuhkan rasa persatuan orang-orang Tionghoa di Hindia Belanda. Inisiatif ini diikuti oleh etnis lain, seperti keturunan Arab yang mendirikan Djamiat-ul Chair meniru model THHK, dan para priyayi Jawa, sehingga dibentuklah Budi Utomo, tahun 1908.
Jurnalistik
Lahirnya banyak surat-surat kabar yang dimiliki dan dipimpin oleh keturunan Tionghoa. Yang terbesar pada waktu itu adalah Sin Po (Jakarta, 1910), Sin Tit Po (Surabaya, 1929) dan Matahari (Semarang, 1934). Surat kabar tersebut berperan besar dalam menyebar-luaskan berita mengenai pergerakan kemerdekaan. Banyak pembaca non Tionghoa, termasuk orang-orang Arab dan Pribumi yang juga membacanya. Bahkan para tokoh politik nasional seperti Tjipto Mangunkusumo, Mohamad Yani, Soekarno, Hatta, dan kakek Anies sendiri AR Baswedan sering menulis artikel-artikel berani bertemakan politik yang mengobarkan semangat perlawanan terhadap penjajah di surat kabar milik keturunan Tionghoa tersebut.
Pada tahun 1920-an itu, harian Sin Po memelopori penggunaan kata ‘Indonesia bumiputera’ sebagai pengganti kata ‘Belanda inlander’ di semua penerbitannya. Sin Po juga menjadi koran pertama yang menerbitkan teks lagu Indonesia Raya oleh W.R Supratman setelah disepakati pada Sumpah Pemuda tahun 1928.
Partai Tionghoa Indonesia (PTI)
Tahun 1931 Liem Koen Hian mendirikan PTI. PTI dengan tegas menyatakan Indonesia adalah tanah air keturunan Tionghoa di Indonesia. Bahkan, para tokoh PTI dengan tegas mendukung gerakan Indonesia merdeka. Sikap anti Belanda, anti Jepang dan ajakan agar komunitas Tionghoa menjadi orang Indonesia dengan jelas dituliskan dalam artikel-artikel Sin Po, Sin Tit Po dan Matahari.
Sumpah Pemuda 1928
Ternyata pada kongres Sumpah Pemuda tahun 1928, ada beberapa nama keturunan Tionghoa yang juga hadir.
UUD 1945
Pada masa perumusan UUD’45 terdapat 4 orang Tionghoa, dan 1 orang Tionghoa di Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang ikut merancang UUD 1945.
Dalam perjuangan fisik ada beberapa pejuang dari kalangan Tionghoa, namun nama mereka tidak diberitakan. Salah satunya adalah Tony Wen, yang ikut terlibat dalam penurunan bendera Belanda di Hotel Oranye Surabaya.
Terinspirasi oleh kegiatan PTI dan komitmen para tokoh Tionghoa mendukung gerakan kemerdekaan Indonesia, AR Baswedan pun mendirikan Partai Arab Indonesia (PAI). Hasrat ini didukung oleh kawan-kawannya yang keturunan Tionghoa, Liem Koen Hian, Kwee Hing Tjiat dan Siauw Giok Tjhan. Atas bantuan merekalah, Partai Arab Indonesia dibentuk, dan AR Baswedan dipilih sebagai ketuanya di Semarang pada 1934.
Dua sahabat, AR Baswedan dan Siauw Giok Tjhan sangat mendukung pluralisme dan Bhinneka Tunggal Ika. Hubungan baik antara AR Baswedan dengan Siauw Giok Tjhan terus terjalin di zaman kemerdekaan. Keduanya masuk dalam kancah politik nasional di kabinet-kabinet pada awal kemerdekaan, juga di Badan pekerja KNIP.
Demikianlah sekilas tentang perjuangan keturunan Tionghoa di kemerdekaan Indonesia, juga sedikit tentang sepak terjang AR Baswedan bersama kawan-kawan keturunan Tionghoa dalam berjuang bersama walaupun berbeda etnis dan agama.
Apakah pidato Anies di markas FPI itu hanya suatu bentuk usaha cari muka terhadap Rizieq Shihab yang juga merupakan keturunan Arab? Atau Anies tahu fakta sejarah tapi memutuskan untuk ‘mensensor’ sebagian isinya? Atau Anies memang benar tidak tahu? Semua kemungkinan tersebut tidak penting karena sama-sama munafik dan menunjukkan sikap masa bodo terhadap sejarah.
Perbuatan Anies dan para pendukungnya yang sibuk menjual ayat tertentu untuk memaksa warga Jakarta memilih hanya pemimpin yang beragama sama telah mencederai perjuangan Kakeknya sendiri AR Baswedan yang telah berjuang bahu-membahu bersama dengan kawan-kawannya keturunan Tionghoa ketika memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia.
Untuk kita semua, jangan mau ditipu dengan oknum yang berjualan pakai ayat (jangan demo saya yah). Tetaplah rayakan perbedaan dan keberagaman sebagai kekuatan bangsa kita, Bhineka kita Tunggal Ika!
Unity in diversity…
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Sin_Po
https://id.wikipedia.org/wiki/Sin_Tit_Po
https://en.wikipedia.org/wiki/Abdurrahman_Baswedan
https://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa-Indonesia
Selengkapnya: https://seword.com/umum/pak-anies-tidak-hanya-keturunan-arab-keturunan-tionghoa-juga-cinta-indonesia/
0 Response to "Pak Anies, Tidak Hanya Keturunan Arab, Keturunan Tionghoa Juga Cinta Indonesia"
Posting Komentar