loading...
NU menjadikan agama sebagai inspirasi mendirikan, mengukuhkan dan mempertahankan negara. Komitmen NU terhadap Indonesia sudah berlangsung lama sekali. Pada tahun 1954, NU menolak Darul Islam, kelompok radikal yang ingin mendirikan negara Islam Indonesia. Kalau sekarang ya seperti yang sering teriak takbir-takbir dan menyebut orang lain kutil babi. Seperti itulah kaum perusak dan sampah.
Sebagai orang yang paham narasi terstruktur serta strategi pembentukan opini publik, saya melihat para kaum radikal di Indonesia sudah mulai membentuk narasi atas nama. Contoh, dari aksi bela Islam dan bela Alquran, kini sudah bergeser pada mendukung independensi hakim, pertahankan Indonesia dan seterusnya. Mereka mendadak jadi nasionalis, padahal diminta hormat pada merah putih pun tidak mau.
Jujur saya tertawa melihat poster aksi simpatik 55 yang menyatakan mendukung independensi hakim. Ini poster yang sangat munafik sekali. Bagaimana mungkin mereka mau mendukung independensi hakim? Sementara mereka berdemo dan menuntut Ahok harus dihukum.
Tapi ya memang beginilah kalau kelompok munafik akut dan licik, mereka menyamar dan berkamuflase dengan sangat luar biasa, yang pada ujung-ujungnya hanya bertujuan untuk niat mengelabuhi.
Narasi-narasi yang mereka buat dan bangun secara terstruktur, sistematis dan massif ini sebenarnya begitu memuakkan. Sangat bertentangan dengan kelakuan. Ya persis seperti tokoh-tokohnya. Ada yang galang sumbangan peduli Suriah tapi malah disalurkan ke teroris. Ada yang katanya ulama, tapi kalau ceramah malah kerap mencaci maki dengan kata dajjal, syetan, iblis, biadab, kutil babi dan sebagainya. Ada yang katanya jagalah hati, tapi malah menyakiti hati orang lain. Dan seterusnya.
Mereka jadikan Agama, Alquran dan Islam sebagai pembenaran agar tidak boleh disalahkan. Seperti aksi bela Islam, bela Agama, siapa yang mau menyalahkan atau mengatur? Mereka berlindung di balik agama dan Islam untuk melakukan aksi, sekalipun tujuannya adalah revolusi atau kepung istana.
Sekarang, menyadari bahwa aksi mereka terlalu naif dan busuk, mungkin juga malu sendiri kepada Tuhan karena selama ini diajak demo terus-terusan, malu kepada agama mereka sendiri, maka sekarang mereka buat narasi baru “mempertahankan Indonesia, mendukung independensi hakim.”
Lalu pada layer selanjutnya mereka bangun opini bahwa ummat Islam ikut memerdekakan Indonesia. Jadi mereka menganggap dirinya sendiri adalah kelompok orang paling berjasa. Jujur sampai di sini saya ingin muntah di muka mereka. Benar-benar munafik.
Tapi ya sudah, mari saya jelaskan dan luruskan. Ummat Islam yang ikut andil memerdekakan Indonesia adalah NU. Pada 22 Oktober 1945 NU mengeluarkan resolusi jihad hasil dari rapat besar konsul-konsul NU se-Jawa dan Madura. NU ikut merumuskan landasan berdirinya negeri ini, merumuskan Pancasila dan UUD 1945.
Pada saat situasi genting, dimana kelompok radikal Darul Islam terus merongrong Pancasila, NKRI, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika, NU memberikan Presiden Indonesia Bung Karno dengan gelar waliyul amri. Hal ini adalah respon sekaligus bantahan kepada klaim Kartosuwiryo sebagai Amirul Mukminin.
Jadi sebenarnya, dari dulu kaum radikal itu memang sudah ingin menguasai Indonesia. Hanya saja sekarang mereka sudah bertransformasi, berganti nama. Sementara alurnya ya sama saja: negara Islam, khilafah dan sejenisnya. Dulu Kartosuwiryo diberi gelar Amirul Mukminin, sekarang ada Rizieq yang mendapat gelar imam besar.
Nah, kalau sekarang mereka para kelompok radikal itu bercerita bahwa Indonesia merdeka karena ummat Islam, itu benar. Tapi bukan Islam radikal, melainkan Islam kelompok NU. Kalau yang Islam radikal malah berniat merongrong Indonesia, mengambil alih negara ini dan menjadikannya sebagai negara Islam. Dan larangan NU untuk ikut dalam aksi nomer togel tersebut menjadikan jurang pemisah antara NU dan kelompok radikal.
Untuk itu, jika anda membaca komentar atau status islam radikal yang mendadak nasionalis, sampaikan saja salam saya, tidak perlu berkamuflase, sekali setan tetap setan. Kalau tujuannya untuk “mencoba lagi” mengubah Indonesia menjadi negara Islam, suarakanlah dengan jantan seperti kelompok Darul Islam pada tahun 1954. Jangan jadi kaum pengecut dan munafik yang tak punya harga diri dan malu.
Kelompok kalian itu sudah ada sejak dulu kala. Hanya saja sekarang sudah dalam bentuk nama yang berbeda-beda. Jadi tak perlu membohongi kami bahwa kalian seolah-olah ingin membela negara, nenek moyang kalian itu dari dulu emang tukang rusuh dan kebelet berkuasa. Jadi jangan sok mau jadi pahlawan, sekali pengkhianat tetap pengkhianat….
Jujur saya tertawa melihat poster aksi simpatik 55 yang menyatakan mendukung independensi hakim. Ini poster yang sangat munafik sekali. Bagaimana mungkin mereka mau mendukung independensi hakim? Sementara mereka berdemo dan menuntut Ahok harus dihukum.
Tapi ya memang beginilah kalau kelompok munafik akut dan licik, mereka menyamar dan berkamuflase dengan sangat luar biasa, yang pada ujung-ujungnya hanya bertujuan untuk niat mengelabuhi.
Narasi-narasi yang mereka buat dan bangun secara terstruktur, sistematis dan massif ini sebenarnya begitu memuakkan. Sangat bertentangan dengan kelakuan. Ya persis seperti tokoh-tokohnya. Ada yang galang sumbangan peduli Suriah tapi malah disalurkan ke teroris. Ada yang katanya ulama, tapi kalau ceramah malah kerap mencaci maki dengan kata dajjal, syetan, iblis, biadab, kutil babi dan sebagainya. Ada yang katanya jagalah hati, tapi malah menyakiti hati orang lain. Dan seterusnya.
Mereka jadikan Agama, Alquran dan Islam sebagai pembenaran agar tidak boleh disalahkan. Seperti aksi bela Islam, bela Agama, siapa yang mau menyalahkan atau mengatur? Mereka berlindung di balik agama dan Islam untuk melakukan aksi, sekalipun tujuannya adalah revolusi atau kepung istana.
Sekarang, menyadari bahwa aksi mereka terlalu naif dan busuk, mungkin juga malu sendiri kepada Tuhan karena selama ini diajak demo terus-terusan, malu kepada agama mereka sendiri, maka sekarang mereka buat narasi baru “mempertahankan Indonesia, mendukung independensi hakim.”
Lalu pada layer selanjutnya mereka bangun opini bahwa ummat Islam ikut memerdekakan Indonesia. Jadi mereka menganggap dirinya sendiri adalah kelompok orang paling berjasa. Jujur sampai di sini saya ingin muntah di muka mereka. Benar-benar munafik.
Tapi ya sudah, mari saya jelaskan dan luruskan. Ummat Islam yang ikut andil memerdekakan Indonesia adalah NU. Pada 22 Oktober 1945 NU mengeluarkan resolusi jihad hasil dari rapat besar konsul-konsul NU se-Jawa dan Madura. NU ikut merumuskan landasan berdirinya negeri ini, merumuskan Pancasila dan UUD 1945.
Pada saat situasi genting, dimana kelompok radikal Darul Islam terus merongrong Pancasila, NKRI, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika, NU memberikan Presiden Indonesia Bung Karno dengan gelar waliyul amri. Hal ini adalah respon sekaligus bantahan kepada klaim Kartosuwiryo sebagai Amirul Mukminin.
Jadi sebenarnya, dari dulu kaum radikal itu memang sudah ingin menguasai Indonesia. Hanya saja sekarang mereka sudah bertransformasi, berganti nama. Sementara alurnya ya sama saja: negara Islam, khilafah dan sejenisnya. Dulu Kartosuwiryo diberi gelar Amirul Mukminin, sekarang ada Rizieq yang mendapat gelar imam besar.
Nah, kalau sekarang mereka para kelompok radikal itu bercerita bahwa Indonesia merdeka karena ummat Islam, itu benar. Tapi bukan Islam radikal, melainkan Islam kelompok NU. Kalau yang Islam radikal malah berniat merongrong Indonesia, mengambil alih negara ini dan menjadikannya sebagai negara Islam. Dan larangan NU untuk ikut dalam aksi nomer togel tersebut menjadikan jurang pemisah antara NU dan kelompok radikal.
Untuk itu, jika anda membaca komentar atau status islam radikal yang mendadak nasionalis, sampaikan saja salam saya, tidak perlu berkamuflase, sekali setan tetap setan. Kalau tujuannya untuk “mencoba lagi” mengubah Indonesia menjadi negara Islam, suarakanlah dengan jantan seperti kelompok Darul Islam pada tahun 1954. Jangan jadi kaum pengecut dan munafik yang tak punya harga diri dan malu.
Kelompok kalian itu sudah ada sejak dulu kala. Hanya saja sekarang sudah dalam bentuk nama yang berbeda-beda. Jadi tak perlu membohongi kami bahwa kalian seolah-olah ingin membela negara, nenek moyang kalian itu dari dulu emang tukang rusuh dan kebelet berkuasa. Jadi jangan sok mau jadi pahlawan, sekali pengkhianat tetap pengkhianat….
Begitulah kura-kura.
0 Response to "Indonesia Merdeka Berkat Ummat Islam NU, Bukan FPI, HTI atau MUI"
Posting Komentar