loading...
Kapolri Jenderal Tito Karnavian akhirnya ungkap rahasia besar yang selama ini terpendam bahwa HTI hampir dibubarkan pada tahun 2013 yang lalu, tapi karena pemerintahan SBY saat itu ragu, HTI akhirnya batal digebuk.
Pengakuan ini diungkapkan oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian tanpa tedeng aling-aling lantaran dicecar oleh Benny K Harman soal Perppu Ormas dalam rapat dengar pendapat umum dengan Komisi III DPR pada tanggal 17 Juli 2017.
Benny K. Harman, anggota Komisi III dari Fraksi Demokrat, mengkritik keras keputusan Presiden Jokowi yang dianggapnya ngawur menerbitkan Perppu Ormas padahal sudah ada Undang-Undang yang mengatur tentang ormas.
Menurut Benny K Harman, Jokowi tidak baca Undang-Undang tentang Ormas sehingga bikin Perppu yang tidak jelas juntrungannya. Mungkin maunya politisi beragama Katolik asal Manggarai Flores ini biarin NKRI dibubarin HTI dan mengganti Pancasila dengan negara Khilafah saja yang penting sikat dulu Jokowi. Barangkali begitu.
“Presiden bikin Perppu enggak baca undang-undang ini. Nanti yang dituduhkan adalah UU yang enggak jelas. UU sudah ada, kok bikin lagi Perppu. Saya enggak tahu siapa yang beri masukan ke Presiden,” ujar Benny K Harman di hadapan Kapolri di ruang rapat Komisi III di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat.
Bukannya Tito Karnavian ngeper dengan gertakan dan intimidasi Benny K Harman secara terselubung, dia malah kena skak mat yang telak dari pak Tito Karnavian. Dengan lincah Tito Karnavian menangkis tudingan Benny K Harman bahwa langkah Presiden Jokowi harus dipuji karena merupakan langkah yang tegas dan berani.
“Pak Jokowi berani ambil keputusan Perppu ini karena menyadari bahwa yang pro dan kontra, yang ekspolitasi unsur agama pasti akan ada. Tapi, berani ambil risiko. Saya pikir berani ambil risiko lebih menunjukkan strong Leadership,” jawab Tito telak.
Tito Karnavian kemudian mengungkapkan rahasia besar bahwa pihak Kepolisian sebelumnya ragu menindak ormas anti Pancasila karena pada tahun 2013 (jamannya SBY) tidak ada keputusan yang berani untuk menindak ormas tersebut.
Bahkan Tito Karnavian mengkritik dengan halus kepemimpinan di era SBY yang saat itu Hizbut Tahrir Indonesia telah menunjukkan jati diri mereka yang anti Pancasila dan anti NKRI secara terang-terangan, tapi pihak Kepolisian tidak menindak mereka.
“Kenapa tidak berbuat polisi sebelumnya? Karena Leadership. Tahun 2013, HTI sudah melaksanakan kegiatan yang masif sekali dan terbuka. Kenapa didiamkan? Kenapa Polisi tak bertindak saat itu? Tergantung Leadership,” ujar Tito skak mat Benny K Harman dengan telak.
“Political Leadership bagaimana posisinya? Kalau atasnya kuat seperti dikerjakan Pak Jokowi, ya kami kencang juga,” lanjut Tito Karnavian tanpa basa-basi terbuka apa adanya.
Keragu-raguan pemerintahan SBY saat menindak HTI di tahun 2013 secara otomatis membuat Polisi jadinya ragu-ragu untuk menindak HTI. Seperti kata pak Tito, kalau pemimpinnya tegas, Polisi juga akan kencang menindak mereka.
“Tahun 2013, dengan segala hormat saya menangkap. Mungkin saya salah, ada keragu-raguan terjadinya back fireatau pukulan balik sehingga mereka besar seperti sekarang. Jangan sampai kita too late untuk mengambil risiko,” tegas Tito Karnavian.
Sistem pemerintahan SBY yang cari aman dan mau selamat sendiri selama 10 tahun lamanya bikin pemerintahan sekarang yang kerja keras cuci piring kotor bekas mereka. Sekarang semuanya akhirnya dengan sendirinya terbuka ke permukaan.
Ternyata kepemimpinan SBY selama 10 tahun banyak sekali meninggalkan masalah. Mulai dari kasus korupsi ecek-ecek sampai mega korupsi (e-ktp), pungli merajalela dimana-mana, peninggalan proyek-proyek mangkrak sampai pembiaran ormas-ormas radikal dan intoleran yang anti Pancasila terus merajalela tanpa berani menindak mereka.
HTI, FPI, FUI, dan ormas-ormas radikal lainnya semakin besar kepala dan kepala batu. Saya ingat dulu Munarman dengan beraninya ancam akan melengserkan SBY jika berani coba-coba membubarkan FPI. Di era pakde Jokowi mereka tidak berkutik kayak macan ompong kena ambeien, bahkan sampai kabur ke Arab segala saking takutnya.
Semua juga sudah tahu kedegilan ormas-ormas anti Pancasila yang bercita-cita dan terus berjuang ingin membubarkan NKRI dan menjadikan negara tercinta ini sebagai negara khilafah. Ini sudah dikritik keras oleh politisi Nasdem Viktor Laiskodat dan Buya Syafii.
Setelah dikritik keras oleh bung Viktor, baru Gerindra mengaku dengan malu-malu bahwa alasan mereka menolak Perppu Ormas bukan karena anti Pancasila, tapi karena alasan politis belaka (Sumber). Nah lo.
Begitu pula “tamparan” keras dari Buya Syafii. Dalam dialog lintas iman Asian Youth Day ke-7 yang dihadiri oleh uskup-uskup sekawasan Asia, Buya mengungkapkan bahwa penyebab Indonesia menjadi salah satu negara tempat tumbuh suburnya intoleransi, terorisme dan radikalisme karena masuknya ideologi impor yang misguided Arabism(Arabisme sesat).
Di hadapan para uskup, Buya mencontohkan gerakan Negara Islam di Irak Suriah (ISIS) dan juga Boko Haram di Afrika. Menurut, Buya, sebagian kecil muslim Indonesia terpengaruh oleh gerakan ideologi impor sesat itu karena meyakini bahwa arabisme adalah bagian dari Islam.
Padahal kalau mereka-mereka yang menganut ideologi sesat itu benar-benar memahami ajaran dalam Alquran dengan sesungguhnya, tentu saja mereka tidak membunuh sesama umat Islam. “Faktanya, ISIS membunuh jauh lebih banyak umat Islam, itu apa? Bagi saya, arabisme sesat itulah musuh terbesar Islam,” ujar Buya.
Buya menegaskan bahwa Alquran adalah kitab suci paling toleran di dunia. Asal betul-betul dipahami dan ditafsirkan dengan benar, maka tidak ada masalah dengan toleransi. Tapi akibat dari kelakuan sebagian kecil umat Islam di Indonesia yang memilih mengkhianati ajaran Alquran demi syahwat kekuasaan, maka Tuhan pun dibajak mereka.
Itulah sebabnya Presiden Jokowi sangat tegas soal radikalisme, intoleran, dan anti Pancasila. Jangan coba-coba di era pakde. Jangan sampai negara yang sudah berdiri selama 72 tahun ini bubar dan ambruk dengan sendirinya akibat ulah segelintir ormas yang meracuni alam bawah sadar rakyat untuk menolak Pancasila dan NKRI.
Pesan buat Benny K Harman, lain kali kalau mau menelanjangi pemerintah, persiapan yang benar-benar matang ya dan jangan ngasal supaya tidak ditelanjangi balik. Kan malu.
Kura-kura begitu.
0 Response to "SBY Kena ‘Gampar’ dari Tito Karnavian: Pak Jokowi strong Leadership, Pak SBY Tidak"
Posting Komentar