loading...

Bahaya! Kepala Badan Siber Tak Bisa Bedakan Kritik dan Hoax

loading...




Baru saja saya menulis soal istilah hoax membangun yang dicetuskan oleh Djoko Setiadi, sebagai Kepala Badan Siber, rupanya sudah muncul soal klarifikasi atau penjelasan soal hoax membangun.

Sebelum membuka berita klarifikasi beliau, saya berpikir Djoko Setiadi akan meminta maaf karena tidak paham apa arti hoax. Namun rupanya penjelasan darinya semakin membuat saya tertawa terbahak-bahak, sehingga saya berani memastikan bahwa Kepala Badan Siber ini memang tidak paham sama sekali arti hoax.

Saya curiga Djoko Setiadi asal ngomong meskipun tak tahu istilah hoax. Sama seperti teman saya yang tidak familiar dengan istilah-istilah jaman sekarang. Dia tidak paham istilah-istilah semacam japri, PM, DM, dan juga hoax. Semua itu pernah dia tanyakan kepada saya.

Mengingat Djoko Setiadi sudah cukup berumur, sepertinya beliau ini sama seperti teman saya. Kurang gaul, kurang kekinian dan tidak paham istilah-istilah dalam dunia maya.

Sehingga saat wartawan Kompas bertanya contoh hoax yang positif itu seperti apa? Djoko Setiadi menjawab “Misalnya di Jakarta kan lagi banyak pembangunan jalan untuk infrastruktur. Jalan ditutup warga bingung mau lewat mana. Dari pihak pemerintah yang berwenang tak ada solusi, jadi menimbulkan kemacetan. Kalau mau belok, berputar jauh sekali. Nah ini kalau dikritik berarti sifatnya membangun. Supaya kita mencari solusi sehingga tidak terjadi kemacetan di mana-mana.”

Hahaha ya itu namanya kritik, bukan hoax. Kritik sifatnya berdasarkan fakta lapangan dan benar-benar terjadi. Kalau hoax itu tidak pernah terjadi tapi diceritakan seolah benar-benar terjadi. Hadeuuuh!! Kepala badan siber kok gitu amat sih?

Bahkan saat wartawan kompas bertanya dengan setengah memberi penjelasan tentang hoax, Djoko Setiadi tetap tidak paham juga. Walaupun itu hoaks? Bukankah menyebarkan hoaks sama seperti menyebarkan kabar tidak benar?


Lalu dijawab “ya makanya, justru kabar tidak benar itu kan penalaran kita kira-kira sifatnya apa, kan bisa kita lihat. Kalau menjatuhkan pemerintah, ujaran tidak baik, itu yang kita larang, kita redam. Kalau hoaks yang sifatnya positif, yang mengkritik, itu saya rasa tidak apa-apa. sharing sifatnya. Dan memang hoax itu konotasinya negatif, tapi ada juga yang positif.”

GILA!

Pak Djoko Setiadi sangat jelas tidak paham perbedaan hoax dan mengkritik. Sehingga dia masih terus mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang menunjukkan ketidakpahamannya. Mungkin kalau wartawan Kompas itu bertanya apa anda paham perbedaan hoax dan mengkritik? Barulah dia bingung lalu sadar bahwa sebenarnya dirinya tidak tahu.

Saya tidak tau bagaimana proses terpilihnya Djoko Setiadi sebagai Kepala Badan Siber, namun jika melihat pernyataannya hari ini, dia benar-benar perlu diberi seminar atau pelajaran tentang istilah-istilah dalam dunia maya dan istilah kekinian. Supaya dia bisa membedakan antara hoax, kritik dan ujaran kebencian. Jika tidak, betapa ngerinya negeri ini memiliki Kepala Badan Siber yang tak paham soal hoax, namun punya kuasa untuk menindak. Bahaya!

Jangan sampai kritik kepada pemerintah kemudian dianggap sebagai hoax yang perlu diberantas. Ini benar-benar mengkhawatirkan, meskipun katakanlah ini hanya soal pemahaman sederhana. Ya kalau yang sederhana saja Djoko Setiadi tidak paham, bagaimana istilah-istilah yang lain dalam tekhnologi dan sosial media?

Presiden rasaya sudah perlu menegur Djoko Setiadi meskipun dia baru saja dilantik. Perlu juga instruksi khusus untuk memastikan Kepala Badan Siber ini paham tentang apa yang diucapkannya.

Sementara Djoko Setiadi sendiri perlu penasehat atau staf khusus dari kalangan milenial atau anak-anak muda. Supaya bisa menjadi pemberi masukan, peka terhadap isu sosial media. Sebab di usianya yang sudah tak lagi muda, memang akan sangat kesulitan belajar dan membaur dengan dunia siber yang begitu cepat. Ini bukan hanya masalah Pak Djoko Setiadi, tapi masalah banyak orang-orang tua di luar sana, yang bahkan untuk share lokasi atau ganti profil WA saja tidak bisa.

Saya pikir itu solusi atau kritik membangun dari saya, yang paling logis untuk segera dilaksanakan oleh pemerintah. Semoga Pak Djoko Setiadi tidak menganggap ini hoax dan memberangus web Seword. hehe sebab jika untuk mencopot atau memecat Djoko Setiadi rasanya kurang etis dan kurang baik ke depannya. Bagaimanapun Presiden pasti memiliki pertimbangan mengapa memilih Djoko Setiadi. 


Begitulah kura-kura.




0 Response to "Bahaya! Kepala Badan Siber Tak Bisa Bedakan Kritik dan Hoax"

Posting Komentar