loading...
Gubernur tukang tipu, rela menjual agama, demi kekuasaan.
Warga ditipu, hanya untuk jabatan semu.
Gubernur tukang bohong, membuat warga seperti mainan.
Wong cilik dikerjai, habis-habisan ditipu.
Pendukung sukses jual agama, namun gagal jual hasil kerja.
Pemimpin malas, tak dianggap warga.
Mata warga ditutup dengan keagamaan semu.
Demokrasi dirusak, hanya untuk membangkitkan kekuasaan masa lalu.
Gubernur tukang tipu, mengorbankan warga kecil.
Gubernur tukang tipu, mengorbankan harga diri.
Warga kecil dibuat semakin kecil.
Harga diri hancur, luluh lantak, tidak berisi.
Transportasi rusak, hanya karena pesanan politik kaki lima.
Bayangkan, jalan saja digunakan untuk menjajakan barang dagangan.
Jakarta semrawut, hancur di tangan penjual agama.
Sekarang, kota yang maju, hanya tinggal kenangan.
Melihat dua badut culas tak lucu, bermimpi menata kota besar
Belum setahun, rakyat dapat akar pahit.
Kerinduan terhadap sosok purnama, sudah tidak terhindar.
Belum satu tahun, harga diri Jakarta tinggal sedikit.
Mayoritas dirugikan, tak berdaya.
Karena itu pemimpin pilihan mereka.
Mereka kecewa, sedih, pilu, mala, derita, tersiksa.
Namun hanya ekspresi, tanpa suara.
Betul kan yang saya katakan?
0 Response to "Jakarta Dipimpin Tukang Tipu, Warga Meratap Dalam Diam"
Posting Komentar