loading...
Misi Prabowo yang belum selesai
Yang publik tahu, selain menantu, Prabowo adalah tangan kanan Soeharto. Saat mencalonkan anggota Gedung DPR / MPR, keluarga Soeharto pun menyodorkan Prabowo. Pun setelah dipecat dari militer, Prabowo memilih lari ke luar negeri dan baru beberapa tahun kemudian.
Setelah pelarian ke Yordania dan bahkan setelah pulang ke Indonesia, Prabowo tidak lagi hidup dengan Titiek Shoeharto. Sampai hari ini tidak ada yang tahu apa penyebab berpisahnya pasangan ini. Yang jelas tidak hidup bersama lagi.
Sekali setiap kali Prabowo nyapres, Titiek selalu mendukung bahkan sering dikabarkan akan rujuk kembali. Ya, maklumlah, masak kepala negara tidak punya ibu negara, kan lucu. Kemudian hubungan mereka renggang lagi. Dan pada Pilpres 2019, hubungan Prabowo dan Titiek sama-sama semakin membaik. Apakah karena Prabowo nyapres atau memang sudah bosan menduda-menjanda, kami tidak tahu.
Yang tampak sekarang, antara Prabowo dan Titiek bahu-membahu memenangkan Pilpres. Bukan hanya Prabowo dan Titiek, Tommy Soeharto pun tidak melewatkan penculresan menyogok Prabowo. Uniknya, Prabowo tampil dengan Gerindranya, Titiek dan Tommy tampil dengan Berkaryanya.
Narasi Prabowo dan Titiek-Tommy pun tidak sama. Prabowo datang dengan narasi membuat Indonesia kembali hebat , Titiek-Tommy datang dengan narasi kembali ke era kejayaan Soeharto . Narasi dengan ide yang sama tetapi dengan bahasa yang berbeda.
Jadikan Indonesia hebat lagimaksudnya apa? Tidak lain tidak bisa mengatakan perbaikan Indonesia kembali Berjaya pada zaman Soeharto. Sebab ketika Indonesia tampak hebat , pada era itu Soeharto menyebut Titiek sebagai era kejayaan dan bagi Tommy sebagai era lebih enak.
Maka dapat disimpulkan baik Prabowo maupun Titiek-Tommy sama-sama mau mengisi Indonesia ke zaman Soeharto yang mereka kenal sebagai masa kejayaan Indonesia. Jika bagi kita era Soeharto adalah era di mana kehancuran bangsa ini bersumber, maka bagi mereka adalah kejayaan. Entah kejayaan Indonesia di era Soeharto itu apa?
Hal lain yang lebih menarik dan penting adalah mulai beraninya keluarga Cendana membuka suara setelah hampir 20 tahun Soeharto lengser. Juga mereka berani mendirikan partai sendiri dan mengklaim era Soeharto jauh lebih baik dari era pemerintahan sekarang.
Berbeda dengan Prabowo yang sudah dicetak ke publik, bahkan mencalonkan diri sebagai capres sejak beberapa tahun lalu. Kalau dihitung, Pilpres 2019 adalah Kali Biru Prabowo, dan menjadi orang nomor satu di Indonesia
Jika dapat mencoba sebelum reformasi tahun 1995 - 3 tahun sebelum Soeharto lengser pada tahun 1998, hubungan keluarga Cendana dan keluarga Sumitro katanya sudah mulai merenggang. Tapi Prabowo tetap jadi tangan kanan Soeharto. Itu artinya, Prabowo tetap bagian dari keluarga Cendana.
Adaensian di minum hari, Prabowo ikut dalam konspirasi menjatuhkan Soeharto agar ia berkuasa. Ada juga dugaan bahwa Prabowo berusaha mempertahankan kekuasaan Soeharto. Ada juga kemudian didugaan, setelah lengsernya Soeharto, Prabowo mau mengambil alih kekuasaan, tetapi tidak jadi dan itu dia sendiri. Yang mana yang benar, hanya Prabowo sendiri saja yang tahu.
Yang kita tahu pasti, kerenggangan keluarga Cendana dengan Prabowo tidak benar-benar terjadi. Dukungan keluarga Cendana tetap pakai mencampur Prabowo nyapres. Dan lebih jor-joran lagi. Lihat keluarga Cendana pada Prabowo pada Pilpres 2019 ini. Tidak tanggung-tanggung, keluarga Cendana mendirikan partai hanya untuk mendukung Prabowo, itu sesuatu yang luar biasa.
Maka tidakkah masa deposinya kita menyimpulkan bahwa sejatinya Prabowo dengan Gerindranya dan Titiek-Tommy dengan berkaryanya sekarang tampil di kancah perpolitikan Indonesia hanya untuk membuat Keluarga Cendana hebat lagi .
Dan tidak salah pula bila disepakati dari beberapa kali Prabowo dengan menyatakan bahwa Indonesia akan membuat Cendana Berjaya lagi di negara ini adalah tugas terakhir Prabowo dari Soeharto. Berkuasanya Prabowo dan Cendana akan membuat keluarga ini terus keutuhan harta hasil korupsi negara selama beberapa tahun, selain menjaga keutuhan keluarga.
Bagi orang biasa, kegagalan tiga kali itu sudah cukup terbukti bahwa memang tidak pantas. Bagi orang yang memang tepat untuk itu, jangankan 3 kali, 100 kali pun gagal belum ada artinya.
Apakah tidak mau? Lagi-lagi rasa malu uang halangan bagi yang melakukan misi misi tertentu. Kalau Prabowo peduli pada rasa malu, mencapreskan diri sekali saja tidak menyenangkan bagi seorang penculik, bukan?
Pilpres 2019 adalah kesempatan terakhir Prabowo untuk menuntaskan misinya. Kalau kali ini gagal, maka segala konstruksi dan usaha selama ini akan berakhir tragis, misi pun tak pernah selesai. Sudah tidak mendapat kekuatan, tidak rukun dengan keluarga Cendana, tidak jadi rukun pula itu.
Sumber :SEWORD
0 Response to "Misi Prabowo yang belum selesai"
Posting Komentar