loading...

Di Indonesia, Menyebar Fitnah dan Hoax Disebut Dakwah

loading...


Berita-berita hoax di Indonesia semakin menjamur. Korbannya bukan lagi orang-orang tak lulus SD, tapi setingkat sarjana dan di atasnya pun masih banyak sekali yang percaya dan yakin dengan berita-berita hoax. Yang anehnya lagi, mereka tidak pernah kapok untuk menyebarkan berita bohong tersebut. Seperti candu.

Salah seorang teman, dulunya sempat berdebat dengan saya soal suatu berita hoax kapal Turki merapat di Aceh untuk menolong orang Rohingya yang terlantar. Saat itu saya bilang, itu bohong. Logika saja, kapal Turki tak bisa dalam sehari langsung sampai di Aceh. Sebab itu kapal, bukan pesawat. Apalagi yang namanya kapal perang, untuk melintas kawasan negara lain juga tak akan sembarangan, harus ada ijin.

Tapi saat itu si teman ini bebal dan bilang saya terlanjur didoktrin oleh media asing, aseng, asong. Padahal jujur saya bukan pedangan seng atau asongan, apalagi pedagang ikan asin. Eh?

Selain cerita tersebut, ada juga berita kolom agama di KTP dihapus, Menteri Agama dihapus, sampai berita-berita Jokowi sebenarnya keturunan China, antek zionis dan seterusnya.

Anehnya, meskipun sudah banyak klarifikasi, mereka tetap tidak pernah sedikitpun menyesali perbuatannya, apalagi untuk minta maaf. Tidak pernah. Mereka-mereka ini terus menerus menebar berita hoax. Benar-benar seperti candu.

Belakangan saya ketahui para pembenci Jokowi dan Ahok ini memiliki gangguan kejiwaan. Ini serius. Mereka punya sakit hati yang terlalu dalam dan tidak bisa menerima kenyataan. Sehingga apa yang bisa mereka lakukan saat ini adalah mencari-cari sumber untuk menyerang Jokowi dan Ahok. Tak peduli berita tersebut benar atau tidak, yang penting share dan menghujat dulu. Kalau kemudian ternyata beritanya hoax, cari berita dan materi lain untuk kembali menghujat. Hoax lagi? Cari yang baru lagi. Inilah kenapa sampai sekarang masih banyak orang yang menjadi konsumen hoax. Sehingga web fitnah begitu terus membesar disukai banyak orang.

Memasuki tahun 2016, sebenarnya tak banyak berita hoax yang viral. Mungkin yang masih melekat dan dipercayai oleh konsumen hoax adalah soal 10 juta pekerja China yang masuk ke Indonesia. Sebab isu ini juga ditweet oleh profesor Yusril. Jadi kalaupun web fitnah itu terus memproduksi berita bohong, tak terlalu menimbulkan perdebatan publik. Ini seperti tempat prostitusi atau narkoba, konsumen tertutup. Hanya saja konsekuensinya jadi lebih buruk, candu, seperti yang saya sebut sebelumnya.

Tapi belakangan kembali muncul banyak berita hoax yang saya pikir sudah amat keterlaluan. Salah satunya klaim soal massa 212 diikuti 7 juta orang. Banyak sudah yang membahasnya, termasuk di seword.com ini. Saya sendiri menuliskannya dengan gaya setengah satire: https://seword.com/politik/analisis-sebenarnya-aksi-212-diikuti-12-juta-orang/



Selain itu ada juga klaim konsulidasi keberangkatan puluhan ribu ummat Islam se Jabar untuk aksi bela Islam 3. Padahal aslinya ini adalah foto kegiatan apel nusantara bersatu di Bandung.

Kemudian foto Mas Ulin dituduh Amalia Teman Ahok. Dipertanyakan di mana kerudungnya? Padahal dua orang ini adalah orang yang berbeda. Saya sendiri pernah beberapa kali bertemu Mas Ulin, lelaki. Pernah juga melihat Amalia, pun perempuan asli. Mereka berbeda.



Kalau foto yang di bawah ini ada dua berita hoax. Yakni soal miras dan Tito sebagai Kapolri. Faktanya itu minuman equil, air mineral. Sementara Tito bertemu Ahok dalam kapasitas sebagai Kapolda Metrojaya, dalam rangka menjelang final piala Presiden 2015, foto lama. Tapi kemudian dikaitkan dengan kasus tuduhan penistaan agama.



Lalu yang terbaru ini adalah Metrotv yang dituduh menyebut ada 100 juta massa parade budaya. Padahal lagi-lagi itu hanya editan.



Berdakwah dengan fitnah


Yang memuakkan dari semua hoax ini adalah embel-embel dakwah dan Islam. ini sama seperti teroris yang membunuh atas nama ajaran Islam, merekapun sama, menebar hoax dengan alasan dakwah. Sebuah penghinaan luar biasa terhadap agama Islam.

Saat Jokowi oleh ulama difatwakan haram untuk dipilih, anda tau alasannya apa? Karena Jokowi dianggap membahayakan ummat Islam. Sebuah tuduhan tanpa bukti, hanya berdasar berita hoax obor rakyat. Saat menteri agama diberitakan dihapus oleh Jokowi, pun tanpa bukti dan mereka menyebarkan atas nama keperihatinan terhadap agama Islam. Lalu sekarang, saat Metrotv dituduh menyebut ada 100 juta massa parade budaya, pun disebar karena alasan dakwah.

Ini menjadi sangat menarik dan mudah. Sebab dakwah masa kini bisa dilakukan melalui jalur menebar berita bohong. Jika ada yang membantahnya dengan fakta, cukup dijawab dengan “kafir, liberal, yahudi” dan seterusnya. Mudah.

Pertanyaannya kemudian, apakah ajaran Islam mengajarkan dakwah yang seperti itu? Jawabannya pasti tidak. Kalau begitu siapa mereka sebenarnya? Ada dua kemungkinan. Pertama, mereka adalah kelompok teroris yang ingin merusak Indonesia. Caranya melalui provokasi antar ummat Islam, karena Islam merupakan agama mayoritas di negeri ini. Jika ummat mudah diprovokasi, perang dan konflik adalah konsekuensi logis. Contohnya sudah ada, Suriah. Kedua, mereka ini kelompok politik yang ingin mengganggu kerja pemerintah, sehingga perlu beberapa kali klarifikasi dan menahan emosi. Tujuannya ada dua, mendoktrin masyarakat untuk membenci pemerintah, kemudian puncaknya 2019 nanti coba bersaing merebut kekuasaan.

Keduanya ini, teroris dan politisi, memanfaatkan fanatik buta pembenci Jokowi. Sehingga saat mereka menebar hoax, jadi lebih mudah dishare dan viral dibanding tulisan-tulisan bagus dan valid. Karena sudah fanatik dan candu.

Masalahnya sekarang, sudah tidak jelas lagi apakah ini ulah teroris apa politisi. Malah kalau melihat aksi 411 dan 212, keduanya berkoalisi untuk satu tujuan yang berbeda: kerusuhan dan kekuasaan. Meski keduanya tetap sepakat untuk menggunakan sentimen agama Islam untuk alat propaganda. Luar biasa.

Apa hukumnya memfitnah botol?

Beberapa hari ini saya memikirkan jawaban paling pas ketika ada yang bertanya seperti itu. Sebenarnya ini pertanyaan bercanda, tapi juga serius. Kenyataan yang kita lihat sekarang ini memang ada yang namanya botol equin difitnah botol miras.

Jika memfitnah manusia, mereka bisa minta maaf pada orang yang difitnah dan kepada orang yang membaca fitnahan. Tapi kalau botol, bagaimana caranya mereka minta maaf pada botol? hal ini harus disadari bahwa kejadian botol equil difitnah botol miras adalah sebuah sejarah peradaban manusia modern. Harus kita catat agar ke depan tidak ada lagi benda mati, hewan atau tumbuhan menjadi korban fitnah manusia. Kalau tidak, kita akan kembali pada jaman jahiliyah, saat agama Islam belum turun.

Bagaimana cara kita melawan?

Melawan semampunya. Saya bisa menulis di seword, ya nulis. Kalian mau menulis di platform lain seperti facebook atau instagram? boleh. Hanya bisa share atau hanya komentar? silahkan lakukan itu. Sederhana.

Sementara teguran atau sanksi sosial juga perlu diterapkan oleh para pimpinnan. Jika anda pimpinan perusahaan, tegur saja karyawan yang bersikap buruk dengan menebar berita bohong, sebab kegiatan tersebut melanggar UU. Kemudian, bukan rahasia lagi kalau para pelaku hoax kebanyakannya adalah kader partai korupsi sapi. Menebar dengan alasan dakwah. Sehingga partai tersebut harus menghentikan atau menegur kader-kadernya. Meski soal ini saya agak ragu, sebab malah curiga mereka memang mengerahkan hal yang seperti itu.

Terakhir, semoga Tuhan semesta alam melindungi negeri ini dari gangguan teroris dan politisi busuk. Semoga kita diberikan kekuatan untuk melawan. Semoga selalu bertambah yang tersadarkan.

Begitulah kura-kura.





0 Response to "Di Indonesia, Menyebar Fitnah dan Hoax Disebut Dakwah"

Posting Komentar