loading...
Entahlah, mereka memang darurat buper dan sentimen kronis, teror kebencian pasca aksi 411 & 212 selain oleh mereka menjadi ajang membanggakan diri juga tetap menyibukan diri untuk tidak menghargai orang lain. Bahkan semua dianggap kafir.
Begitupun juga yang dialami musisi legendaris Indonesia yang sangat dicintai karena lagu-lagunya yang selalu kental dengan kritik-kritik sosial, kini ikut dihujat habis-habisan oleh mereka yang ikut aksi ataupun simpatisan aksi atas nama agama.
Penyanyi musik balada yang populer dengan lagu Bento, Bongkar dan Oemar Bakri serta lagu-lagu lainya, sangat banyak pengagumnya dan penggemarnya di tanah air yang eksotis ini. Dimana musisi ini selalu menyuarakan apa yang terjadi dalam kehidupan sosial dalam berbangsa dan bernegara, kerap kali mewakili golongan menengah kebawah lewat lagu dan petikan gitarnya yang lebih dikenal dengan sebutan musik balada juga country. Sahabat karib Alm Ws Rendra ini juga sering terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial, seperti menanam pohon dan sebagainya.
Satu hal yang kuingat dari penembang lagu Kesaksian ini “bagaimana mau menikmati hidup jika tatanan hidup dirusak” “sayangi Bumi”
Pada aksi 212 yang lalu, Iwan Fals pun berkomentar via akun media sosialnya,
“Lha kok hilang yang wiro sablengnya”
Jika aksi itu atas nama pembela dan bernama super damai, hendaknya juga damai ketika usai aksi, malah suasana untuk saling menghujat dan memaki orang yang mengkritisi dan berkomen tetap marak dan masif dilakukan. Salah satunya komen Iwan Fals pun dihujam oleh hujatan yang datang dari mereka yang tentunya jika tidak peserta aksi setidaknya simpatisan atau keberpihakan pada 212. Ingat bukankah kita demokrasi, ingat bukankah kalian super damai, lah kok wong ngutarain pendapat malah dihina.
Sejumlah hujatan yang ditujukan pada musisi legendaris Iwan fals saya kutip sebagai berikut, dan ini hanya beberapa dari banyaknya jumlah hujatan dan makian tersebut :
“Dulu naik hajinya kemekah atau kemana bang?” (GWS)
“Dulu naik hajinya di Iran…” (JN)
“He he… Sekarang sudah deket sama Jokowi dan Ahok (penguasa), jadi beda kritsnya” (IL)
“Iwan Fals ??? Aki-aki yang sudah ga punya kreasi dan jadi frustasi” (MLS)
“Karena sdh enggak populer, makanya cari sensasi dengan cara dongok” (EH)
“Ya namanya juga usaha kali2-aja nanti kalau terpilih biar dipanggil manggung terus…” (DM)
dan seterusnya, hujatan ramai dihujamkan pada musisi legendaris Indonesia, Iwan Fals. Entahlah memang benar jika mereka pantas disebut kronis sentimen ataupun akut buper semuanya gawat darurat.
Logika sederhana, kenapa Iwan Fals tidak ada lagu kritik sosial dan yang lainya yang ditujukan pada Jokowi dan Ahok, seperti pada presiden sebelumnya, misalnya “manusia setengah dewa” serta lagu “pendekar” untuk Munir bahkan “Bento” di era Soeharto dan yang cadas lagi “kesaksian“. Bisa jadi bagi musisi ini melihat bahwa Jokowi dan Ahok memang sudah lebih baik dan memenuhi kriteria seorang pemimpin.
Ironis media yang mereka konsumsi tidak objektif dalam melihat realita, justru malah semakin ramai mendiskreditkan dan mendiskriminasikan seperti mengenai musisi legendaris Iwan Fals, juga termasuk parahnya lagi salah satu stasiun televisi pun dengan berani mereka katakan fitnah. Sementara comunith anti hoax sudah membuktikan capture frame yang disebut fitnah itu sudah di editing tidak sesuai dengan orinya, Ditambah lagi membesarkan perjalanan Ciamis ke Jakarta, itu biasa bung, long march seperti itu biasa dalam mobilisasi massa, sudah ada sejak 48 di Indonesia, bahkan yang gak kalah hot nya memberitakan sari roti yang ikhlas membantu mereka, sementara fakta yang terbongkar tidak demikian.
Kembali lagi ke Iwan Fals, jadi kenapa kalian sewot jika dia berujar “Lha kok hilang yang wiro sablengnya”, ia (Iwan Fals) juga punya hak untuk berpendapat. Jika orang mau diseragamkan semua dengan kalian, wah mending ke rumah sakit jiwa sebentar untuk periksa syaraf dikepala, siapa tahu sudah tidak berfungsi dengan normal.
Ironis nis nis nissss semua dianggap kafir, masa Iwan Fals disebut naik haji ke Iran dan beda kritis setelah dekat Jokowi dan Ahok, dan bla bla blaaaa… duh super damai jadi dipertanyakan ni, jika setelah aksi masih tetap reaksioner dan menebar kebencian.
Hey luh los, luh ntar dianggap kafir dan murtad juga, Iwan Fals aja dihujat oleh mereka, luh mau digituin juga…
Tetap seperti sebelumnya, saya jawab “ora urus, mereka itu terlalu buper akut plus kronis, super damai tidak tercermin dalam diri mereka, semua menjadi haram dan sensi”
Coba lihat saja ketika Iwan Fals menulis “lha kok hilang ya wiro sablengnya”, langsung hujatan ramai kearahnya dan tumpah dimedia.
Jika dilihat dan diamati lagi justru Iwan Fals tetap cerdas dan kritis, dari 6 kata yang dituliskanya, cukup dalam maknanya. Masa dibilang beliau naik haji ke Iran gegara nulis 6 kata tersebut dan bla bla blaa.
Aduhhhhh duhhhhh gawat darurat,
Buat bang Iwan Fals, bung seperti katamu “gak apa-apa dianggap gila yang penting bisa ketawa” jalan terus biarkan mereka menggerutu.
Pak iwan fals dah gk Fals lg sekarang,
BalasHapussekarang dia mah Iwan Fulus...
Jadi Mirisss...
Asyik g asyik bang,,,,pisss
BalasHapusBang mo apalagi udah tenar,harta banyak rumah,mobil pembantu tersedia..gelar Haji lagi..masih aje ngejar dunia trus ngebela penista agama...Nauzubillah ga selamanya kita didunia Bang Iwan Fulus
BalasHapus