loading...
Bermula dari kejadian sekitar seminggu yang lalu. Sebuah akun twitter dengan nama DawetAyu @Di_ajen9, mengunggah sebuah status. Dalam statusnya, DawetAyu mengisahkan tentang adanya mobil ambulans milik DPD Partai Gerindra Banjarnegara Jawa Tengah yang ditolak oleh sebuah keluarga.
"Td siang seorg tokoh di kelurahanku ada yg meninggal , pas mau pemakaman ambulance dg tulisan besar2 dr @Gerindra dan paslon cagub jateng SS sdh siap..tp ditolak,keluarga memilih jenazah tep ditandu spt biasa..#keluargacerdas," tulis @Di_ajen9.
Melihat dari isi unggahan status tersebut, semua akal waras pasti akan memahami sebagai sesuatu yang biasa saja. Hanya sebuah penyampaian fakta. Yakni keluarga almarhum lebih memilih tandu untuk membawa jenazah, nggak mau menggunakan mobil ambulans milik Partai Gerindra.
Tapi rupanya pihak Gerindra memiliki penilaian berbeda. Bagi Gerindra, unggahan DawetAyu tersebut dianggap menjatuhkan nama baik Partai Gerindra. Akibatnya, pemilik akun DaweyAyu harus berurusan dengan partai milik sang macan asia.
Gerindra tidak terima dengan fakta yang disampaikan oleh DawetAyu. Bahkan, pihak Gerindra sampai melayangkan somasi terhadap akun DawetAyu. Seperti apa isi somasinya, hingga kini saya belum memperoleh salinan infonya. Namun saya yakin, somasi itu memang benar-benar ada.
Akhirnya, demi mencari aman serta tentu berdasarkan itikad baik, DawetAyu memilih untuk meladeni somasi dari Gerindra. Melalui media yang sama, twitter, DawetAyu menyampaikan permintaan maaf secara terbuka sekaligus menghapus cuitan terdahulu.
Twit sy yg ini sy hapus unt memenuhi permintaan dr partai @Gerindra Banjarnegara yg mengirimkn surat somasi ke sy. Dg niat baik, sy penuhi tuntutan somasi semata2 demi kebaikan semua pihak, tulis DawetAyu.
Sesuai poin berikutnya dlm somasi @Gerindra Banjarnegara ,sy meminta maaf jk twit sy tlh membuat tdk nyaman / dirasa merugikan pihak tertentu.Mski sjk awal sy tdk bmaksud menyerang/merugikan pihak lain namun dg tulus sy mohon maaf sebesar2nya
Terkait poin somasi yg meminta sy agar sy meminta maaf di media lokal d nas, dg jujur sy nyatakan tdk bs menuhi. 1. Sy tdk punya cukup biaya unt beriklan di media, 2. berita terkait ambulan gerindra kmrn sy kabarkan lwt twiter mk sy rasa sdh pd tmpatnya jk sy minta mf lwt twiter
Jk kmudian twit sy dikutip oleh media itu di luar sepengetahuan d kuasa sy. Yg jelas sy tdk pnh mrs diwawancarai oleh wartawan d tdk pnh mrs memberi ijin pemuatan.Namun jk permintaan maaf sy ini jg dimuat di media yg kmrn memuat twit sy, sy sgt berterimakasih
Dgn ini semua tuntutan somasi dr @Gerindra Banjarnegara tlh sy laksanakan seluruhnya. Skl lg sy meminta maaf jk tlh membuat ramai d sy melaksanakan tuntutan jg agar keramaian ini mereda. Terimakasih.
Skl lg sy sampaikan bahwa dlm poin somasi agar sy meminta maaf lewat akun twiter sy ini, dg demikian sdh sy penuhi..terimakasih
Hingga tulisan ini dibuat, status permintaan maaf tersebut mendapat cukup banyak tanggapan dari warganet. Akun twitter PartaI Gerindra juga turut menanggapi "Terima kasih atas niat baik ibu. Semoga kita bisa mewujudkan Indonesia lebih baik."
Berbeda dengan tanggapan Partai Gerindra yang merasa memang sudah sepatutnya DawetAyu meminta maaf, kebanyakan komentar warganet malah membully Gerindra. Disebut baper lah, partai pecundang lah dan lain sebagainya. Ada juga akun-akun yang membela Gerindra. Tapi tak sebanyak yang membully.
Memang sih kalau dipikir, yang dilakukan oleh Gerindra berlebihan. Masa iya, orang mengungkapkan fakta aja salah. Seharusnya penolakan dari keluarga almarhum tersebut justru dijadikan pelajaran bagi Gerindra.
Di samping itu bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi internal partai untuk berbenah diri. Mereka gembar-gembor membela dan dicintai rakyat, tapi nyatanya mobil ambulans mereka aja ditolak oleh masyarakat.
Melihat satu contoh kejadian ini saja, saya jadi membayangkan sesuatu yang 'mengerikan' jika kelak Partai Gerindra berhasil berkuasa di negeri ini. Orang bikin status yang berisi realita aja sudah disomasi. Padahal belum juga jadi penguasa, apa jadinya kalau sudah menggenggam kekuasaan?
Kalau dipikir, kejadian yang menimpa DawetAyu ini sudah mirip dengan situasi pra reformasi. Dimana kebebasan bersuara dibelenggu oleh penguasa. Informasi yang disampaikan ke publik berada di bawah kendali yang sangat ketat.
Kita semua tentu belum lupa dengan model kepemimpinan dari mertua Prabowo. Sedikit saja menggosipkan pemerintah akan berurusan dengan aparat. Tak sedikit orang yang tiba-tiba hilang tak jelas kemana rimbanya karena berani mengkritik pemerintah.
Jadi benar lah pepatah lama itu; buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Bagaimanapun, secara pendidikan politik, Prabowo adalah anak ideologis dari mendiang Presiden Soeharto. Tentu saja, gaya kepemimpinannya tak akan terlalu jauh dengan model Orde Baru.
Terima kasih, salam PBNU!
0 Response to "Ngakak! Ambulans Ditolak Warga, Gerindra Kejang Hingga Layangkan Somasi"
Posting Komentar