loading...
SEWORD.COM - Apa yang membuat Gerindra begitu percaya diri meminang Yenny Abdurahman Wahid untuk diusung oleh mereka di Pilkada salah satu propinsi di Indonesia? Janji apa yang sudah mereka tawarkan pada seorang Yenny? Apakah Gerindra berpikir semua orang bisa mereka beli?
Anies Baswedan memiliki segudang alasan untuk menjual dirinya pada Gerindra. Tapi tidak seorang Yenny.
Pinangan Gerindra pada Yenny Abdurahman Wahid, ibarat memakan buah simalakama. Pinangan ditolak oleh Yenny ayah mati, pinanga diterima oleh Yenny ibu mati. Apa ini artinya? Gerindra bodoh atau sedang panik atau sedang menjalankan taktik?
Yenny Abdurahman Wahid, yang bernama lengkap Zannuba Arrifah Chafsoh Rahman Wahid, adalah sosok yang menjadi bagian penting dari keluarga besar Nahdatul Ulama. Seluruh warga NU sangat menghormati mereka. Semasa hidupnya, Gus Dur menorehkan catatan yang sangat penting bahwa dirinya adalah seorang yang sangat mendukung Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok dari sejak Ahok berada di Bangka Belintung.
Lalu Gerindra, yang mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta, tidak bergeming satu mili pun untuk menengahi dan meredam kampanye hitam yang menghantam orang yang begitu didukung oleh Gus Dur, ayah dari Yenny. Gerindra malah tenang-tenang saja menikmati apapun hasil dari menyebarnya kampanye hitam di Pilkada Jakarta.
Kedewasaan Yenny Abdurahman Wahid dalam berpolitik sudah sangat teruji. Pernyataan yang dikeluarkan oleh Yenny, yang saat itu menjabat Ketua V Pimpinan Pusat Muslimat NU, ini menjelaskan bahwa sikap warga NU terhadap para Paslon gubernur dan wakil gubernur begitu jelas dan terang benderang.
“Warga NU sudah punya nalar kritis masing-masing, mereka tersebar merata di semua pasangan calon, nomor 1, 2, dan 3 ada semua,” tutur Yenny kepada CNNIndonesia.com, Senin (6/2).
Begitu pun pada kasus penistaan agama yang dituduhkan secara paksa pada Ahok, dijelaskan dengan gamblang oleh video pidato Gus Dur ketika Ahok diserang isu SARA pada Pilkada Babel dimana posisi keluarga Abdurahman Wahid pada kasus yang menyeret Surat Al Maidah ayat 51. Dan semua goncang gancing kasus penistaan agama itu begitu sangat dinikmati oleh kubu Gerindra sebagai pengusung Anies Baswedan.
Kenapa harus Yenny, Pak Prabowo? Karena Yenny adalah bagian dari NU dan NU memiliki warga yang sangat banyak dan tersebar di seluruh Indonesia. Yenny memiliki harga jual dan harga tawar yang sangat aduhai.
Kalau saya jadi Yenny, saya akan terima pinangan partai Gerindra dengan syarat dan ketentuan seperti apa yang Anies Baswedan ajukan di Pilkada Jakarta, ditambah “Plus”.
Plus-nya adalah diusung tanpa harus menjadi kader Gerindra. Dan saya akan meminta kemerdekaan sepenuhnya tanpa embel-embel kewajiban pada partai.
In any case, meminang Yenny Abdurrahman Wahid menjelaskan banyak hal tentang situasi dan kondisi internal Partai Gerindra. Apapun yang sedang dipikirkan atau tujuan apa yang sebenarnya sedang dirancang dengan meminang putri pendukung si penista agama, satu hal yang sangat jelas bahwa Yenny Abdurrahman Wahid jauh lebih cerdas dibanding Prabowo.
Dan sangat jelas sekali Prabowo tidak mengenal siapa Yenny. Kalau Prabowo kenal betul seorang Yenny Abdurrahman Wahid, harusnya dengan sangat mudah bisa menduga bahwa Yenny akan menolak tawarannya.
Dan jawaban Yenny Abdurrahman Wahid menolak pinangan Gerindra cukup telak dan menohok, “Tawaran tersebut saya pertimbangkan dengan matang, tetapi kami keluarga Gus Dur meyakini punya tugas sejarah untuk menjaga bangsa ini dan memastikan keluarga NU (Nahdlatul Ulama) tidak pecah," kata Yenny di rumah Prabowo di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (3/1/2018).
Wow! Mendalam… sangat mendalam dan santun jawaban yang diberikan oleh Yenny pada Prabowo. Seperti sebuah “Gentle Reminder” bahwa menjaga bangsa dan memastikan umat tidak pecah, bukan hanya tugas keluarga NU saja.
Selama ini Prabowo selalu meneriakkan tentang menjaga persatuan dan kesatuan atau berteriak bahwa NKRI adalah harga mati, tapi diwaktu yang bersamaan, Prabowo membiarkan kader-kadernya melakukan tindakan yang berpotensi memecah belah bangsa.
Sebagai ketua partai, Prabowo hanya memelihara kebesaran nama dia pribadi tapi tidak kebesaran nama partai. Kader-kader yang melakukan begitu banyak penyimpangan, seperti membakar sekolah atau menjadi bandar narkoba, adalah tanda adalah kegagalan ketua partai mengawasi kader-kadernya.
Memang tidak dipungkiri bahwa di dalam sebuah partai, pasti ada kader-kader yang melakukan penyimpangan, tapi hanya partai Gerindra yang kadernya tega membakar 8 sekolah dan menjadi bandar narkoba.
Sementara Yenny, yang secara umur, jauh lebih muda dari Prabowo, dia terlihat lebih dewasa. Dan menolak pinangan Gerindra adalah tambahan bukti ats kedewasaan seorang Yenny Abdurrahman Wahid.
0 Response to " Terbukti! Yenny Lebih Cerdas Dari Prabowo!"
Posting Komentar