loading...

Keragu-raguan Sang Jenderal: Prabowo Bilang A, Namun SBY Bilang B! Jadi Koalisi Nggak Sih?

loading...

Keragu-raguan Sang Jenderal: Prabowo Bilang A, Namun SBY Bilang B! Jadi Koalisi Nggak Sih?


Ketum Partai Gerindra, Prabowo Subianto dan Ketum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah dua kali bertemu terkait pembicaraan politik membahas potensi dan rencana koalisi di antara mereka. Sebelumnya para petinggi kedua partai juga terlihat dekat dan juga saling bertemu, yang disiarkan secara publik. Kalau di belakang publik, kita tidak tahu seberapa sering mereka sudah bertemu. Koalisi antara Gerindra dan Demokrat memang sudah ditunjukkan akan jadi. Disebut juga sudah dibentuk tim kecil yang sedang membahas printilan rencana koalisi ini.

Kemarin berlangsung pertemuan kedua antara Prabowo dan SBY. Sesudah itu di depan para awak media mereka masing-masing mengeluarkan pernyataannya. Lucunya, terdapat perbedaan pernyataan di antara mereka. Sementara Prabowo dengan tegas menyatakan kesepakatan koalisi dengan Demokrat. Namun, SBY sendiri malah tidak memberikan pernyataan yang tegas.


"Ada kehendak dari kedua pihak untuk menjalin suatu sinergi, suatu kerja sama yang erat dalam menghadapi keadaan negara yang dalam kesulitan," kata Prabowo (detik.com). Prabowo mengatakan Gerindra dan PD akan membahas langkah ke depan dalam waktu dekat. Dia menegaskan Gerindra dan PD sepakat bekerja sama. "Kami bahas secara rinci soal sinergi ke depan, dan sepakat untuk melaksanakan kerja sama politik yang tentunya terwujud dalam koalisi," ujar Prabowo. "Dan tentunya ingin mengajak partai-partai lain untuk membentuk koalisi yang kuat untuk memberi harapan kepada rakyat," lanjut Prabowo (cnnindonesia.com).

Pernyataan SBY sendiri tidak setegas Prabowo. "Dulu pertemuan pertama, terbuka lebar untuk kemungkinan Gerindra dan Demokrat berkoalisi. Setelah sekian hari kami bekerja, hari ini saya katakan pintu itu makin lebar," kata SBY (kompas.com). Walaupun demikian, SBY tetap menegaskan bahwa yang menjadi calon presiden adalah Prabowo. "Insyaallah dengan izin Allah kita dipertemukan. Kami datang dengan satu pengertian Pak Prabowo adalah calon presiden kita," kata SBY (cnnindonesia.com). Sementara itu, Prabowo mengatakan, bisa saja ia tidak diusung sebagai capres dalam koalisi ini karena belum ada dokumen hitam di atas putih. Posisinya sebagai capres juga masih bisa berubah atas kehendak Tuhan dan dinamika yang terjadi. Namun, jika memang nantinya Prabowo yang diusung sebagai capres, posisi cawapres akan diserahkan kepada dirinya. SBY tidak akan mengintervensi. "Beliau (SBY) serahkan sepenuhnya pada saya, seandainya saya nanti jadi calon presiden," kata dia (kompas.com).

Terdeteksi suatu keragu-raguan dalam pernyataan SBY itu. Entah sengaja atau tidak. Kalau sengaja, kemungkinan besar dimaksud untuk memperlihatkan posisi tawarnya, bisa jadi di dalam koalisi dengan Gerindra, bisa jadi pula terhadap koalisi partai politik pendukung Presiden Jokowi. Menurut seorang pengamat politik, Ubedillah Badrun, gaya komunikasi politik SBY yang terkesan mengambang ini sengaja didesain begitu, sebagai respon dari belum adanya deal politik yang pasti antara Gerindra dan Demokrat. "Nah karena mungkin itu belum clear. Saya kira bahasa SBY yang mengambang itu digunakan sebagai strategi menanggapi ini ya, karena SBY menggunakan bahasa yang cair," ujarnya. "Bisa jadi SBY ingin kepastian apakah berkoalisi itu akan power sharing apa saja, apakah ada potensi sebagai cawapres bagi AHY atau apa lagi keuntungannya," pungkasnya.

Sedangkan, jika memang ketidaktegasan itu adalah bawaan dari sananya alias ya memang masih ragu-ragu, maka ini justru akan mengancam elektabilitas Demokrat di dalam Pileg 2019 nanti. SBY pernah menjabat sebagai Presiden RI selama 2 periode dan berakhir pada tahun 2014. Namun pada pemilihan legislatif pada tahun 2014, suara yang diperoleh Partai Demokrat justru nyungsep di sekitar angka 10% saja. Bandingkan dengan perolehan suara sekitar 20% yang didapatkan partai Demokrat dalam Pileg 2009.

Menurut pengamat politik Arie Sudjito dari UGM, gaya politik dan komunikasi SBY sejak dulu memang peragu, tidak to the point. Arie mengimbau seharusnya SBY dapat mengambil pembelajaran dari Pilpres 2014 bahwa keputusan yang ragu-ragu justru membuat arah partainya semakin tak jelas. "Semakin enggak tegas, semakin enggak diperhitungkan. Kegalauan itu tak menguntungkan. Politik itu ada pilihan dan ada risiko. Nah, gimana caranya mereka mengkalkulasi risiko itu saja," pungkasnya.

Saya menduga keragu-raguan ini berasal dari posisi AHY yang belum jelas. Jika dipaksakan untuk menjadi cawapres, belum tentu Gerindra (dan partai lain dalam koalisi, jika ada) mau menerima AHY. Kalaupun memaksakan menerima AHY, ada resiko besar yang bisa menimpa Gerindra, yakni perpecahan dalam tubuh partainya sendiri. Kalaupun AHY dipaksakan masuk dalam deal politik, paling ya jadi menteri. Entah menteri apa, wong dia juga belum punya pengalaman di pemerintahan. Pengalaman politiknya saja masih sangat minim.

Mari kita lihat perkembangan selanjutnya.


(Sekian)


0 Response to "Keragu-raguan Sang Jenderal: Prabowo Bilang A, Namun SBY Bilang B! Jadi Koalisi Nggak Sih?"

Posting Komentar